Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Kisah Dapur Kecil KN Ganesha di Tengah Operasi SAR Sumatera

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Kisah Dapur Kecil KN Ganesha di Tengah Operasi SAR Sumatera
Foto: (Sumber : Suasana dapur umum KN GANESHA (SAR-105) untuk operasi SAR tanggap darurat bencana Sumatera Barat Sumatera Utara dan Aceh. ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo..)

Pantau - Sebuah ruang kecil di dapur umum KN Ganesha (SAR-105) menjadi tempat penting yang tidak tercantum dalam laporan resmi, namun dari ruang itu tumbuh keberanian, ketahanan, dan kebersamaan tim dalam menopang misi kemanusiaan di Sumatera.

Dapur Kecil di Tengah Operasi Skala Besar

Operasi kemanusiaan Basarnas di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat memasuki tahap krusial ketika KN Ganesha (SAR-105) bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok pada Selasa, 2 Desember menuju Teluk Bayur, Padang, lalu melanjutkan perjalanan ke Sibolga.

Keberangkatan kapal tersebut menandai pengerahan kekuatan penuh Basarnas untuk memperkuat pencarian dan pertolongan korban banjir bandang dan longsor yang meluas di tiga provinsi tersebut.

Kapal membawa bantuan logistik serta personel SAR tambahan untuk menjangkau sektor-sektor yang hingga 10 hari sebelumnya sulit diakses akibat cuaca dan hambatan medan.

Di balik suasana serius operasi kemanusiaan, dapur umum di dek bawah menjadi ruang vital bagi seluruh penumpang kapal.

Dapur menjadi pusat asupan energi sekaligus ruang pertemuan 80 penumpang yang menghabiskan empat hari tiga malam melintasi perairan barat Sumatera.

Dapur menjadi tempat favorit untuk berbagi cerita dan tertawa bersama selain geladak kapal.

Atmosfer dapur mulai hidup sejak fajar ketika aroma bawang tumis cepat menyebar dan membangunkan para penumpang yang tiba-tiba merasa lapar.

Pada malam pertama, sebelum juru masak selesai bekerja, banyak orang turun tangga menuju dapur karena penasaran dan lapar.

Ruang Sempit yang Menopang Tim Penyelamat

Dapur KN SAR Ganesha tidak begitu luas, hanya dilengkapi dua kompor listrik, satu talenan panjang, sepasang wajan, panci-panci besar, dua lemari es, dan rak bumbu kecil.

Sebuah wastafel di sudut ruangan hampir tidak pernah kosong karena peralatan makan terus bergantian dibersihkan.

Perlengkapan yang ada digunakan untuk mengolah dua karung besar beras, puluhan kilogram ikan tongkol, tumpukan sayuran, dan berbagai bahan dapur lain untuk memenuhi kebutuhan energi tinggi para personel penyelamat.

Getaran mesin ganda kapal membuat wajan dan panci sesekali bergeser, sementara piring akrilik dan alat makan aluminium berdenging ketika lambung kapal dihantam ombak.

Kondisi dapur yang terus berguncang tidak menghapus kewajiban juru masak untuk menyiapkan tiga kali makan sehari bagi seluruh personel sepanjang pelayaran.

Penulis :
Ahmad Yusuf