
Pantau - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menargetkan penyelesaian penanganan darurat terhadap dampak bencana di Sumatera, khususnya yang terkait dengan pendidikan tinggi, selesai pada 31 Desember 2025.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Fauzan, memastikan bahwa fase penanggulangan darurat ini akan selesai dalam durasi satu bulan, hingga 31 Desember.
Fokus Penanganan Darurat
Fase darurat ini akan mencakup beberapa fokus utama, antara lain:
- Pemenuhan kebutuhan mendesak,
- Distribusi logistik,
- Layanan kesehatan darurat,
- Pemenuhan kebutuhan dasar untuk penyelamatan jiwa dan pemulihan awal.
Perguruan Tinggi Terdampak
Sebanyak 60 perguruan tinggi di Sumatera dilaporkan terdampak banjir dan longsor, dengan rincian:
- Aceh: 4 PTN dan 27 PTS,
- Sumatera Utara: 1 PTN dan 13 PTS,
- Sumatera Barat: 9 PTN dan 6 PTS.
Sebagian besar kegiatan belajar mengajar di wilayah terdampak terhenti akibat kerusakan akses dan pengungsian warga akademik.
Pemulihan Pasca-Darurat
Pemulihan pasca-darurat akan dimulai pada Januari 2026, dengan fokus pada:
- Program rehabilitasi jangka menengah,
- Pemulihan ekonomi yang berkelanjutan,
- Rekonstruksi sanitasi dan infrastruktur, seperti jembatan.
Kolaborasi Antar Lembaga
Upaya ini merupakan bagian dari langkah terpadu yang melibatkan kementerian dan lembaga sosial lainnya untuk penanganan bencana secara komprehensif.
Bantuan untuk Kampus Terdampak
Stella Christie, Wamendiktisaintek, menekankan pentingnya peran kampus untuk membantu masyarakat terdampak bencana. Kemendiktisaintek juga telah menganggarkan Rp 50 miliar untuk mendukung sivitas akademika dalam membantu korban banjir.
Perguruan tinggi yang terdampak dapat mengajukan proposal bantuan darurat, dengan dukungan biaya maksimal Rp 500 juta untuk setiap proposal yang disetujui.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf








