
Pantau - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyatakan kebijakan Indonesia menghentikan impor beras telah memberikan dampak signifikan terhadap penurunan harga beras dunia.
Zulkifli Hasan mengatakan Indonesia pernah menjadi pembeli beras terbesar di dunia sehingga memiliki pengaruh besar terhadap harga global.
Ia menyampaikan, "Ternyata kita ini pembeli beras terbesar di dunia. Dulu waktu saya Menteri Perdagangan, itu beras 650 dolar AS per tonnya, sekarang karena kita tidak belanja beras, itu di bawah 400 dolar AS. Jadi pengaruh ke harga dunia, luar biasa," ungkapnya.
Saat Indonesia masih aktif mengimpor beras, harga beras dunia tercatat sekitar 650 dolar AS per ton.
Setelah Indonesia tidak lagi melakukan pembelian beras dari luar negeri, harga beras dunia turun menjadi di bawah 400 dolar AS per ton.
Pada tahun 2024, Indonesia masih melakukan impor beras sebesar 4,5 juta ton.
Pada tahun 2025, Indonesia mencatat surplus produksi beras sebesar 4,7 juta ton dengan stok beras nasional di gudang Bulog mencapai 3,7 juta ton.
Data Kementerian Koordinator Bidang Pangan menunjukkan produksi beras nasional periode Januari–Desember 2025 mencapai 34,77 juta ton atau naik 13,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain beras, produksi jagung nasional juga meningkat menjadi 16,55 juta ton atau naik 9,34 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Zulkifli Hasan menyebut peningkatan produksi pangan dipengaruhi pemangkasan regulasi pengadaan pupuk bersubsidi dari sekitar 148 aturan menjadi 33 aturan.
Ia mengatakan, "Jadi pupuk sampai sebelum tanam. Sebelum tanam, pupuk sudah diterima. Itu pengaruhnya luar biasa, pengaruh terhadap produksi beras itu luar biasa," ungkapnya.
Zulkifli Hasan menyatakan Indonesia telah mencapai swasembada beras dalam satu tahun terakhir.
Ia menambahkan, "Satu tahun ini kita sudah swasembada, nanti Mentan akan umumkan bahwa Indonesia berhasil swasembada beras," ungkapnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan








