
Pantau - Bank Dunia menyoroti bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera berpotensi memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia menjelang akhir 2025.
Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste David Knight menyampaikan bahwa bencana banjir menjadi salah satu faktor risiko penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Terkait dengan risiko yang merupakan risiko penurunan, tentunya bencana alam seperti banjir yang terjadi di Sumatra dan juga beberapa lokasi lainnya pun juga akan berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian di Indonesia," ungkap David Knight.
Banjir dan longsor berskala besar tercatat terjadi sejak akhir November 2025 di sejumlah wilayah Sumatera, termasuk Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Bank Dunia memperkirakan penerimaan negara ke depan akan menghadapi tekanan seiring meningkatnya risiko bencana dan perlambatan aktivitas ekonomi.
Risiko dan Peluang Pertumbuhan Ekonomi
Bank Dunia menilai keseimbangan antara risiko penurunan dan peluang pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada keberhasilan reformasi pemerintah yang telah dicanangkan.
"Hal ini penting untuk memastikan pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan ke depan, terutama untuk mempersempit berbagai kesenjangan yang masih ada," ujar David Knight.
Selain risiko penurunan, Bank Dunia juga mencatat adanya potensi risiko peningkatan yang dapat mendukung perekonomian Indonesia.
Risiko peningkatan tersebut antara lain berasal dari membaiknya pertumbuhan mitra dagang utama seperti China.
Harga komoditas ekspor Indonesia yang relatif menguntungkan turut menjadi faktor pendukung prospek pertumbuhan ekonomi nasional.
Reformasi perdagangan dan investasi yang berhasil dinilai mampu memperkuat prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Tantangan Upah dan Ketenagakerjaan
Bank Dunia mengingatkan masih adanya tantangan struktural yang membayangi perekonomian Indonesia, terutama tekanan terhadap konsumsi masyarakat akibat penurunan upah riil.
Data Bank Dunia menunjukkan sejak 2018 upah riil turun rata-rata sebesar 1,1 persen per tahun.
Penurunan upah riil terbesar terjadi pada pekerja berketerampilan tinggi dengan rata-rata penurunan mencapai 2,3 persen.
Pekerja berketerampilan menengah mengalami penurunan upah riil rata-rata sebesar 1,1 persen.
Sementara itu, upah pekerja informal atau berketerampilan rendah hanya tumbuh sebesar 0,3 persen.
"Bagi pekerja berketerampilan menengah, ini sangat berdampak dan berimbas pada kesejahteraan rumah tangga serta perekonomian secara keseluruhan," kata David Knight.
Dari sisi ketenagakerjaan, penyerapan tenaga kerja pada Agustus 2025 meningkat sebesar 1,3 persen dibandingkan Agustus 2024.
Namun, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tersebut masih didominasi sektor informal dengan tingkat upah rendah.
Kondisi tersebut dinilai menjadi tantangan bagi pasar tenaga kerja meskipun stabilitas makroekonomi Indonesia tetap terjaga.
Perdagangan dan Rekomendasi Kebijakan
Kinerja perdagangan Indonesia diperkirakan menghadapi tantangan ke depan seiring meningkatnya ketegangan perdagangan global.
Bank Dunia mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar 2,39 miliar dolar AS pada Oktober 2025.
Surplus neraca perdagangan kumulatif Indonesia mencapai 35,88 miliar dolar AS sepanjang Januari hingga Oktober 2025.
David Knight menilai lonjakan ekspor tersebut sebagian besar didorong oleh aktivitas "pemuatan awal".
Aktivitas "pemuatan awal" dilakukan eksportir dengan mempercepat pengiriman barang sebelum diberlakukannya tarif resiprokal Amerika Serikat.
Dalam laporan Indonesia Economic Prospects, Bank Dunia merekomendasikan sejumlah prioritas kebijakan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Prioritas tersebut meliputi penguatan fondasi digital dan peningkatan kualitas lapangan kerja.
Reformasi kebijakan fiskal dan sektor keuangan juga menjadi rekomendasi utama Bank Dunia.
Di bidang fiskal, optimalisasi digitalisasi dan administrasi perpajakan dinilai mampu meningkatkan pendapatan negara tanpa perubahan kebijakan yang signifikan.
Sementara dari sektor keuangan, perluasan akses pembiayaan dipandang penting untuk mendorong investasi swasta.
Program penjaminan kredit serta dukungan bagi UMKM dinilai berperan penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
- Penulis :
- Aditya Yohan








