
Pantau - Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) merilis hasil pengukuran ketahanan nasional Indonesia tahun 2025 yang menunjukkan kondisi nasional berada dalam kategori "cukup tangguh" dengan skor 2,84.
Pengukuran dilakukan oleh Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional (Labkurtannas) dan mencakup aspek politik, ekonomi, serta kekayaan alam.
"Sepanjang tahun 2025 berada pada posisi kondisi cukup tangguh, dengan skor 2,84 dengan tren penguatan yang stabil", ungkap Gubernur Lemhannas Ace Hasan Syadzily dalam acara Refleksi dan Rilis Akhir Tahun 2025 serta Outlook 2026 di Gedung Lemhannas, Jakarta.
Sorotan Lemhannas: Sosial Budaya dan Pertahanan Perlu Perhatian Khusus
Meski stabilitas nasional dinilai masih terjaga, Lemhannas mencatat sejumlah sektor yang perlu mendapatkan perhatian lebih serius.
Sektor sosial budaya dinilai masih rentan terhadap disinformasi, polarisasi digital, dan penetrasi nilai-nilai eksternal yang dapat mengikis karakter kebangsaan.
Sementara itu, sektor pertahanan dan keamanan membutuhkan penguatan, terutama dalam aspek kemandirian industri pertahanan.
Dalam refleksi strategisnya, Lemhannas menyatakan bahwa konsolidasi kehidupan berbangsa dan bernegara harus tetap dijaga sebagai fondasi stabilitas nasional.
Namun menjelang 2026, Indonesia diperkirakan akan menghadapi dinamika dan tantangan strategis yang kompleks.
Empat Tantangan Ketahanan Nasional di Tahun 2026
Lemhannas mengidentifikasi empat tantangan utama yang akan memengaruhi ketahanan nasional Indonesia ke depan.
Pertama, dampak rivalitas kekuatan besar global.
Indonesia harus mempertahankan perannya sebagai kekuatan penyeimbang di kawasan Indo-Pasifik, BRICS, ASEAN, dan G20.
Perebutan sumber daya alam kritis seperti nikel, bauksit, tembaga, dan logam tanah jarang akan semakin intensif.
"Indonesia harus mampu memperkuat kebijakan hilirisasi, memperluas rantai pasok domestik, serta memastikan tata kelola yang transparan dan berkeadilan", kata Ace Hasan.
Kedua, tantangan kondisi nasional.
Penguatan industri pertahanan, ketahanan pangan, energi, dan ideologi menjadi fase krusial untuk menunjang program prioritas nasional.
Konsolidasi ini juga dinilai penting sebagai landasan keberhasilan arah pembangunan jangka panjang, termasuk Astacita.
Ketiga, dampak perubahan iklim.
Perubahan iklim disebut sebagai tantangan multidimensional yang dapat memengaruhi geografi, ekonomi, sumber daya alam, dan keamanan nasional.
Lemhannas menekankan bahwa pembangunan ekonomi harus seimbang dengan pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Keempat, perkembangan teknologi informasi dan kecerdasan buatan.
Transformasi digital akan mempercepat perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di bidang keamanan dan ekonomi.
"Oleh karena itu, Indonesia harus segera menguatkan ekosistem berbagai sektor yang berbasis digital, disertai SDM unggul yang berbasis science, technology, engineering, and mathematics (STEM)", jelasnya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf







