Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

366 Puskesmas di Aceh Kembali Berfungsi Pasca Bencana, 794 Nakes Dikerahkan ke Lokasi Terdampak

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

366 Puskesmas di Aceh Kembali Berfungsi Pasca Bencana, 794 Nakes Dikerahkan ke Lokasi Terdampak
Foto: (Sumber: Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Ferdiyus. ANTARA/M Haris SA)

Pantau - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Aceh menyatakan bahwa sebanyak 366 puskesmas di 18 dari 23 kabupaten/kota terdampak bencana telah kembali beroperasi dan melayani masyarakat per Sabtu, 20 Desember 2025.

"Sebanyak 366 puskesmas yang terdampak bencana sudah berfungsi melayani kesehatan masyarakat," ungkap Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Ferdiyus, di Banda Aceh.

Namun demikian, masih terdapat 30 puskesmas yang belum bisa difungsikan akibat kerusakan berat, tertimbun lumpur, dan dampak bencana lainnya.

"Puskesmas yang belum berfungsi tersebut tersebar di enam kabupaten/kota yang terdampak parah akibat banjir bandang dan longsor yang terjadi akhir November 2025," tambahnya.

Rumah Sakit Kembali Beroperasi, Tapi Masih Ada Kendala

Ferdiyus menjelaskan bahwa seluruh rumah sakit pemerintah di wilayah bencana kini sudah kembali memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Namun, khusus untuk rumah sakit di Kabupaten Aceh Tamiang, operasional masih berjalan dalam kondisi terbatas.

"Beberapa peralatan medis di rumah sakit tersebut tidak bisa digunakan akibat banjir bandang. Namun, pelayanan dasar di rumah sakit tersebut sudah berjalan," jelasnya.

Sementara itu, dari delapan rumah sakit swasta yang terdampak, lima unit sudah kembali beroperasi.

Tiga rumah sakit swasta lainnya masih belum dapat difungsikan karena mengalami kerusakan langsung akibat bencana.

Ratusan Tenaga Kesehatan Diterjunkan ke Wilayah Terdampak

Dinkes Aceh juga telah mengerahkan sebanyak 794 tenaga kesehatan ke berbagai wilayah terdampak untuk memastikan pelayanan tetap berjalan.

Tenaga kesehatan tersebut terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, ahli gizi, ahli kesehatan lingkungan, dan tenaga kesehatan lainnya.

Mereka difokuskan untuk memberikan pelayanan terutama kepada kelompok rentan yang berada di lokasi pengungsian.

"Keberadaan mereka untuk memastikan korban bencana tetap mendapatkan pelayanan kesehatan, mengingat sebagian dari masyarakat berada di pengungsian yang rentan terserang penyakit," kata Ferdiyus.

Penulis :
Ahmad Yusuf