
Pantau - Pemerintah merelokasi 215 kepala keluarga (KK) dari Rempang ke kawasan Tanjung Banun, Batam, sebagai bagian dari proyek Rempang Eco City, sekaligus membangun pusat perekonomian baru berbasis transmigrasi modern.
Para warga yang terdampak proyek tersebut menerima santunan nilai rumah asal dalam program Transmigrasi Lokal, dengan komposisi setengah nilai diberikan dalam bentuk rumah dan lahan baru, sisanya berupa uang tunai.
Contohnya, Jisamsir (43 tahun) menerima santunan Rp130 juta karena rumah asalnya ditaksir senilai Rp260 juta.
Rumah baru dibangun di atas lahan 500 meter persegi dengan status Sertifikat Hak Milik (SHM), yang tergolong langka di Batam karena mayoritas tanah di sana berstatus HGB milik BP Batam.
Aspirasi Warga Direspons, Santunan Dikembalikan Penuh
Awalnya terdapat ketimpangan karena sebagian warga harus membayar rumah relokasi, sementara sebagian lainnya menerima secara gratis.
Masalah ini disampaikan warga saat dialog Idulfitri 2025 bersama Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara.
Presiden Prabowo Subianto kemudian menyetujui agar nilai rumah asal dikembalikan penuh kepada seluruh warga.
Pemerintah Kota Batam telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp14,5 miliar untuk 215 KK sebagai santunan penuh atas nilai rumah yang terdampak proyek.
Infrastruktur Lengkap dan Pusat Ekonomi Terpadu
Kawasan Tanjung Banun dirancang sebagai pusat perekonomian baru dengan pembangunan infrastruktur yang mencakup pelabuhan dan cold storage, fasilitas pendidikan, rumah ibadah, layanan kesehatan, SPBU, hingga asrama Kampus Patriot.
Sebanyak 504 unit rumah telah dibangun oleh Pemkot Batam bersama Kementerian Transmigrasi.
Setiap rumah dilengkapi dengan fasilitas lengkap, mulai dari kasur, lemari, kipas angin, hingga alat dapur seperti kompor, kulkas, dan rice cooker.
Kawasan Percontohan Transmigrasi Modern
Tanjung Banun juga dikembangkan sebagai pilot project transmigrasi modern yang mengintegrasikan pemukiman dengan potensi ekonomi lokal dan pariwisata.
Pakar dari Universitas Gadjah Mada, Rika Fatimah, menggagas pengembangan homestay dan sentra kuliner berbasis wisata.
Agus Joko Susilo, Kepala Desa Jambu asal Kediri yang sukses mengembangkan agrowisata alpukat, juga dilibatkan dalam rencana pengembangan kampung buah dan budidaya alpukat aligator.
Pengembangan ini ditargetkan menciptakan ekosistem ekonomi lokal berbasis agrowisata dan pariwisata edukatif.
Pemerintah Dorong Ekosistem Kehidupan Baru
"Transmigrasi Lokal bukan sekadar relokasi. Ini adalah konsolidasi penduduk dan penciptaan ekosistem ekonomi baru," ungkap Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara.
Program ini bertujuan menciptakan pusat kehidupan baru yang terintegrasi, mencakup pendidikan, kesehatan, ekonomi lokal, pemukiman, dan investasi.
Pemerintah berharap terwujudnya kehidupan harmonis antara masyarakat lokal dengan proyek investasi nasional di kawasan Rempang dan Tanjung Banun.
- Penulis :
- Gerry Eka







