Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Dahsyatnya Tsunami Palu Buktikan Teknologi Belum Mampu Saingi Alam

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Dahsyatnya Tsunami Palu Buktikan Teknologi Belum Mampu Saingi Alam

Pantau.com - Belajar dari gempa-tsunami di Palu, kecepatan dalam menyelamatkan warga menjadi jauh lebih penting ketimbang akurasi soal gempa itu sendiri.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia, Dwikorita Karnawati, mengatakan ilmuwan seringkali menuntut akurasi, padahal mengejar akurasi membutuhkan waktu yang cukup panjang.

Ia mencontohkan peristiwa tsunami di Jepang tahun 2011 di mana magnitudo gempa pra-tsunami berhasil terdeteksi di menit ke-3. Namun di menit ke-50, data yang semula mengatakan 7,4 skala richter (SR) terkoreksi dengan skala yang lebih besar yakni 8,8 SR.

Baca juga: 6 Bulan Gempa Palu, Media Asing Soroti Krisis yang Belum Berlalu

Data itu terkoreksi kembali di atas menit ke-50 menjadi gempa berkekuatan 9 SR. "Bayangkan kalau Jepang mengikuti akurasi menunggu yang 9 yang akurat, tsunaminya sudah datang menit ke-10, menit ke-20." 

"Menunggu akurasi semuanya sudah kesapu tsunami. Jadi untuk penanganan bencana, yang nomor satu adalah kecepatan, akurasi itu nomor sekian. Karena akurasi dalam bencana, itu bisa di-update," kata Dwikorita menjawab pertanyaan ABC selepas berbicara dalam Simposium Internasional Pembelajaran Dari Tsunami Palu Dan Selat Sunda di kantor BMKG (26/9/2019).

Mantan rektor perempuan pertama Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini menyebut tsunami yang terjadi di Palu tergolong tsunami yang tidak lazim. "Yang tidak pernah disiapkan sistemnya untuk mendeteksi karena memang belum mampu," kata Dwikorita.

Jepang, ujar perempuan berhijab ini, baru mampu untuk memberikan peringatan dini secepat 3 menit. Sementara Indonesia di kecepatan 3-5 menit.

Baca juga: Ratusan Korban Gempa Palu Gelar Kongres Tuntut Pemerintah

"Tiga menit kita juga mampu tapi di Palu kita mampunya 4 menit sekian detik. Padahal tsunaminya itu datangnya 2 menit, jadi lesson learnt-nya adalah peringatan dini itu belum mampu, di manapun di dunia saat ini, belum mampu memberikan peringatan dini 2 menit secepat datangnya tsunami."

Ia menjelaskan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini belum mampu memberikan peringatan dini untuk tsunami yang tidak lazim seperti yang terjadi di wilayah Sulawesi Tengah. Sehingga keterlibatan kearifan lokal begitu penting. "Yaitu apa? Begitu merasakan guncangan gempa bumi, anda di pantai, segera saja lari menuju ke tempat yang lebih tinggi."

"Jadi peringatan dini saat ini adalah dengan menggunakan guncangan gempa tadi. Karena science and technology saat ini belum mampu bersaing dengan kecepatan tsunami," kata Dwikorita.

Penulis :
Nani Suherni