
Pantau.com - Seorang anak perantau asal Sumatera Barat yang duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Wamena menceritakan detik-detik menegangkan kala perusuh berusaha masuk ke ruang kelas.
Setelah sebelumnya merangsek masuk ke halaman sekolah, perusuh lalu melempari kaca ruang kelas dengan batu hingga pecah berhamburan. Peristiwa itu terjadi saat kerusuhan pecah di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada 23 September 2019.
"Saat itu, hari Senin sekitar pukul 08.00 WIT, setelah upacara saya mau ujian Agama, tiba-tiba kerusuhan itu terjadi," kata anak perantau itu, yang pada Jumat (4/10/2019) sudah kembali ke Padang.
Baca juga: Pasca Kerusuhan, Jokowi Didesak Pulihkan Wamena!
"Untuk mengamankan diri, saya bersama teman-teman lain bertahan dalam kelas, kemudian menyusun meja serta bangku-bangku untuk menghalang pintu," ujarnya.
Dia bersama dengan 40 teman sekelasnya berusaha menahan pintu supaya perusuh tidak masuk ke ruang kelas. Untungnya, perusuh kemudian meninggalkan sekolah.
"Kami bertahan di dalam kelas sekitar setengah jam, hingga kemudian ada kerabat yang datang menjemput," katanya.
Sedangkan Jafri (60), orangtua anak laki-laki itu, mengaku panik saat kerusuhan meletus karena anaknya masih berada di sekolah dan saat menelepon ke sekolah tidak ada yang menjawab.
"Ibunya sudah menangis, hingga salah satu kerabat menelpon dan mengatakan anaknya sudah dijemput dari sekolah, dan sudah aman bersamanya," kata Jafri.
Baca juga: Evakuasi Korban Kerusuhan Wamena, TNI AU Kerahkan Empat Pesawat Hercules
Anak laki-laki Jafri bertemu kembali dengan orangtuanya di tempat pengungsian di markas Kodim 1702 Jayawijaya di Wamena. Pada Kamis, 3 Oktober keluarga itu tiba di tanah Minangkabau.
Keluarga Jafri merupakan perantau asal Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan. Mereka merantau ke Wamena sejak tahun 2000.
Anak lelaki Jafri mengatakan bahwa dia terakhir pulang ke kampung orang tuanya saat kelas dua Sekolah Dasar. Kerusuhan di Wamena membuat dia memilih melanjutkan sekolah di kampung halaman.
"Karena kejadian ini, saya lebih memilih sekolah di kampung saja," katanya.
rn- Penulis :
- Adryan N