
Pantau - Dalam momentum hari kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus, ada satu nama yang kerap disebut-sebut dalam buku sejarah.
Ia bukanlah merupakan tokoh pendiri bangsa Indonesia. Bahkan, ia semestinya berdiri di pihak berseberangan karena merupakan perwira tinggi militer Jepang.
Ia bernama Laksamana Tadashi Maeda, Kepala Perwakilan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang bertugas di Jakarta.
Laksamana Maeda memiliki peran cukup penting dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada Oktober 1944, Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia.
Laksamana Maeda membentuk Asrama Indonesia Merdeka. Asrama itu dibangun Maeda sebagai sarana menciptakan pemimpin-pemimpin negara Indonesia.
Simpati Laksamana Maeda terhadap keinginan bangsa Indonesia untuk merdeka juga ditunjukkan dengan kesediaanya menyiapkan rumah sebagai tempat peremusan teks proklamasi.
Rumah Laksamana Maeda dipilih sebagai tempat perumusan teks proklamasi karena ia bersedia melindungi Soekarno dan Hatta.
Oleh sebab itu, Soekarno dan Hatta lebih aman berada di rumah Laksamana Maeda karena tidak akan diserang oleh angkatan perang Jepang.
Rumah Laksamana Maeda kemudian kini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang berada di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat.
Namun, akibat kebesaran hatinya untuk mendukung bangsa Indonesia memutuskan nasib sendiri dan merdeka. Ia harus menerima hukuman ketika tiba di negaranya.
Laksamana Maeda harus mendekam di penjara hingga tahun 1947 dan menghadapi peradilan militer akibat dianggap berkhianat terhadap negaranya.
Meski dinyatakan tidak bersalah, Laksamana Maeda memilih mundur dari militer dan hidup sebagai rakyat sipil biasa. Ia wafat di usia 77 tahun pada 13 Desember 1977.
- Penulis :
- Aditya Andreas
- Editor :
- Muhammad Rodhi