
Pantau- Seorang wanita berinisial CD (55) yang merupakan penyandang disabilitas mengalami pelecehan seksual yang dilakukan seorang supir taksi online berinisial IA (65) saat hendak pulang kerumahnya.
Peristiwa pelecehan tersebut berawal pada Selasa (9/7) pukul 14.30 WIB saat CD memesan taksi online saat pulang berkerja. Memesan taksi online sudah menjadi rutinitas CD ketika hendak pulang dari kantor tempatnya bekerja ke rumahnya yang berada di Jakarta Selatan.
Kronologi
CD yang saat itu memesan taksi online tak selang beberapa menit taksi online pesanan CD pun datang karena posisi taksi online dengan kantornya dekat.
“Waktu itu, posisi taksi online hanya delapan menit dari kantor saya. Jadi saya tunggu sebentar dan sopirnya datang akhirnya,” ucap CD, Jumat (12/7).
Kemudian, CD memasuki mobil dengan bantuan anak buahnya karena keterbatasan fisik. Saat berada didalam mobil, CD sudah merasakan hal janggal saat tiba-tiba IA bertanya kepada dirinya.
“Dia (IA) tanya, ‘ibu umurnya berapa?’ Dia tanya itu sambil senyum ke arah saya. Habis itu, dia cerita, dia usianya 65 tahun. Dia punya anak 5 dan cucu 9. Lalu dia tanya lagi umur saya berapa. Saya bilang, umur saya 55 tahun. Dia lalu melihat saya lewat spion tengah, dia bilang usia saya tak terlihat 55 tahun, ‘Ah enggak, ibu masih cantik’,” ucap CD memperagai kalimat IA.
Kalimat yang di utarakan IA jelas membuat CD tak nyaman. Rasa kurang nyaman CD semakin bertambah saat ia menyadari bahwa IA terus-menerus melihat kearahnya lewat kaca spion.
CD memutuskan untuk berpura-pura memainkan ponsel agar terlihat memiliki kegiatan. Setelah hampir tiba dirumahnya, dengan sigap CD langsung membereskan barang yang dibawanya serta melihat sekitar rumahnya untuk dimintai tolong saat tiba.
“Sambil beberes, saya melihat keadaan sekitar. Saya coba mencari apakah ada orang disekitar rumah saya yang bisa dimintai tolong karena saya tidak bisa jalan sendiri sampai teras rumah,” tutur CD.
Namun, saat itu disekitar rumah CD sedang sepi. Hal tersebut membuat CD meminta bantuan IA untuk menuntunnya berjalan meski merasa tidak nyaman.
“Saya bilang, ‘Pak ini sudah sampai, saya boleh minta tolong enggak untuk meminjam lengan bapak? Saya butuh medium untuk membantu saya jalan sampai ke teras’. Pas saya bilang gitu, dia terlihat senang, wajahnya terlihat semringah. Dia lalu bilang, ‘Jangankan pegang, saya gendongpun bersedia’. Dia bilang ini sambil senyum-senyum. Ini menjijikan sekali, jujur, sebal banget,” ucap CD.
Akhirnya, CD pun keluar dari mobil dengan bantuan IA. IA menyodorkan lengan kanannya agar tangan kiri CD bisa bertumpu. Karena jika tidak bertumpu, CD akan kesulitan berjalan sendiri. CD mengaku bahwa biasanya sopir taksi yang membantunya akan merasa risih terutama ketika lengan mereka dipegang sebagai tumpuan namun tidak dengan IA.
“Tapi sopir ini (IA) beda. Ketika saya taruh telapak tangan kiri saya di atas lengan dia, dia malah menimpa telapak atas tangan saya pakai telapak kirinya. Jadi dia kayak menggenggam telapak saya, seperti orang pacaran,” ujar CD.
Saat itu, CD tak berani menepis IA karena takut akan terjatuh. Hingga sesampainya diteras rumah, IA tak langsung kembali ke mobil tetapi kembali membuat geram CD.
“Biasanya, sopir taksi online kalau sudah mengantarkan saya, dia langsung pamit. Tapi sopir ini (IA) berbeda, pas saya sudah lepaskan topangan pada lengannya dan berpindah ke atas kursi besi, dia tak langsung pergi. Dia justru diam dan tak putar balik untuk pergi," tutur CD.
CD mengaku IA dengan lancang menarik tubuh CD kemudian merangkul serta mencium pipi CD. CD saat itu berusaha menghindar namun karena keterbatasannya hal tersebut tak terlalu berpengaruh.
"Dia lalu memandangi saya dari dekat sambil tersenyum. Saya dicium, saya dicium di pipi kanan saya. Saya sebenarnya sudah berusaha mengelak. Saya menunduk ketika dia coba merangkul saya, tapi tetap saja, elakan saya tak terlalu berpengaruh karena keterbatasan saya untuk bergerak, apalagi sambil berdiri,” jelas CD.
Karena keterbatasn fisik yang dialaminya, CD tidak bisa melakukan pergerakan yang lebih karena akan membuatnya terjatuh. Karena jika sudah terjatuh, akan susah untuk CD berdiri jika tidak dibantu.
“Kalau jatuh, saya akan susah berdiri. Sementara, saya enggak bisa berdiri sendiri. Harus digendong dulu oleh seseorang sampai posisi saya bisa bertumpu. Makanya amit-amit saya terjatuh. Karena saya takut dia (IA) nanti menggendong saya,” beber CD.
Setelah melakukan hal tersebut, IA pun menatap DC yang dibalas dengan diam dan emosi yang ditahan. Kemudian IA izin untuk menutup pagar rumah DC.
“Pas otak saya masih memproses perkataannya, dia bilang gini, ‘Bu boleh saya tutup enggak pintu pagarnya’. Dia ngomong gini dengan suara agak bergetar dan saya rasa dia sudah nafsu sekali. Jijik banget. Jujur,” kata CD.
CD yang meresa IA memiliki niat lain pun dengan tegas meminta IA untuk segera pergi dari rumahnya dan mencoba untuk tetap tenang karena takut terjadi hal yang tak diinginkan.
“Dalam hitungan detik saya langsung tegaskan bahwa dia harus keluar, ‘Saya harus masuk, tolong bapak keluar’. Aku benar-benar marah. Aku enggak takut, tapi aku gak bisa menunjukkan kemarahanku. Aku harus tenang, berusaha tegas supaya dia tidak marah, makanya saya enggak meminta dia pergi sambil teriak,” jelas CD.
Setelah DC meminta IA keluar dari rumahnya, bukannya langsung pergi IA justru meminta untuk mencium CD lagi dan sebelum CD menjawab IA telah mencium CD.
“Dia minta ke saya untuk cium lagi, ‘Boleh enggak saya cium lagi’. Pas dia ngomong gitu, belum sempat saya respons, dia langsung melakukan gerakan serupa. Menarik bahu saya, merangkul menggunakan tangan kanannya, dan mencium pipi kanan saya,” ungkap CD.
“Kemudian, dia langsung berbalik arah dan berjalan ke arah pagar. Tapi jalannya pelan karena jalannya sudah agak bungkuk. Pas dia tutup pintu pagar, aku cepat-cepat buka pintu, masuk rumah dan aku teriak sekencang-kencangnya di dalam,” tambahnya.
Lapor Polisi
CD pun melaporkan kejadian yang dialaminya ke polisi setelah dua hari kemudian tepatnya pada Kamis (11/7). CD membawa barang bukti tangkapan layar riwayat pemesanan taksi online yang dengan jelas tertera wajah dan nama pelaku untuk memperkuat laporan.
“Jadi aku melaporkan sopir taksi online berinisial IA ke Polda Metro. Untungnya aku sempat screenshot riwayat perjalanan dari kantor ke rumah sesaat setelah peristiwa pelecehan,” ucap CD.
Disisi lain, CD mengaku bahwa ia tidak ingin membawa kasus pelecehan yang dialaminya ke jalur hukum, mengingat bahwa IA sudah tua. CD hanya ingin pelaku sadar bahwa tindakannya salah serta memberikan efek jera pada IA dan publik mengetahui bahwa IA pelaku pelecehan.
“Saya enggak berniat memenjarakan dia. Apalagi dia cerita punya lima anak dan sembilan cucu. Pasti dia kerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Makanya setidaknya dia sadar dan orang-orang tahu bahwa dia pelaku pelecehan,” tutur CD.
Lapor Aplikasi
Tak hanya melaporkan ke polisi, CD juga melaporkan kasus tersebut ke pihak aplikator layanan taksi online. CD mengira bahwa pelaku akan di putus mitra dengan perusahaan taksi online, tetapi pihak aplikator hanya memblokir akun IA.
“Saya sempat melaporkan kasus ini (pelecehan) melalui Instagram aplikator, tetapi pada akhirnya si sopir hanya diblokir akunnya. Saya sudah mencari soal hukuman pelaku pelecehan yang diterapkan perusahaan ini. Pas saya baca, hukumannya itu langsung putus mitra, bukan blokir akun,” terang CD.
Selain itu, dirinya kecewa dengan keputusan aplikasi yang hanya memblokir akun pelaku. CD pun khawatir jika pelaku akan kembali melakukan tindakan yang dialami dirinya kepada orang lain saat akunnya sudah pulih.
“Jadi saya sangat menyayangkan keputusan bahwa sopir ini hanya diblokir saja, bukan putus mitra,” ungkap CD.
Sebelumnya, peritiwa pelecehan tersebut terjadi pada Selasa (8/7) sore. Korban pulang ke rumahnya di kawasan Jakarta Selatan menggunakan taksi online. Korban menceritakan sejak awal sudah merasa tidak nyaman dengan sikap sopir selama di perjalanan.
Korban yang merupakan disabilitas meminta bantuan sopir untuk turun dari mobil karena kesulitan berjalan setelah sempat mengalami stroke. Namun, sopir tersebut memegang tangan korban sambil tersebut dan juga sempat mencium tangan, pipi, bahkan memeluk korban.
Korban sempat menceritakan peristiwa tersebut ke media sosial dan ternyata banyak juga yang menceritakan pengalaman yang sama.
Laporan: Keyzia Ilunia Anatatya
- Penulis :
- Fithrotul Uyun
- Editor :
- Fithrotul Uyun