Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Sejarah Penulisan Alquran Sampai Akhirnya Terkumpul Jadi Satu Kitab

Oleh Ayuningtyas
SHARE   :

Sejarah Penulisan Alquran Sampai Akhirnya Terkumpul Jadi Satu Kitab
Foto: Sejarah Penulisan Alquran (Foto: Pantau.com)

Pantau- Sejarah penulisan Alquran telah dimulai sejak era Rasulullah SAW. Saat itu Alquran lebih banyak di hafal oleh para sahabat nabi, karena jumlah yang bisa membaca dan menulis masih sedikit. 

Ditambah lagi saat itu sarana menulis pun masih terbatas, yaitu hanya menggunakan pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta.

Terkait sejarah penulisan Alquran sendiri terbagi menjadi tiga masa, yaitu masa Nabi Muhammad SAW, masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan masa Utsman bin Affan. Pada masa Utsman bin Affan yaitu di tahun 25 hijriah sempat muncul perbedaan di antara kaum muslimin dalam hal dialek bacaan Alquran.  

Karena takut menjadi fitnah, Utsman Ibn Affan kemudian memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf guna menyamakan bacaan Alquran sehingga tidak terjadi pertengkaran antar umat muslim.

Baca Juga: TikTok Blokir Akses Cuan ke Salwan Momika yang Caper Bakar Alquran

Berikut ini sejarah penulisan Alquran dari zaman Rasulullah SAW hingga era Khalifah Utsman bin Affan yang dikutip Pantau.com dari berbagai sumber:

Pada Masa Rasulullah SAW

Pada jaman Nabi Muhammad SAW, umat Islam yang telah mendengarkan satu ayat, dia harus langsung menghafalkan atau menuliskan ayat tersebut dengan media yang seadanya. Maka tidak heran jika jumlah penghafal Alquran saat itu lebih banyak dari mereka yang bisa baca tulis.

Meski begitu dari sekian banyak sahabat Nabi Muhammad yang menjadi penghafal Alquran, ada satu orang yang bertindak sebagai penulis, dia adalah Zaid bin Tsabit. Ketika itu Allah SWT menurunkan firman-Nya, Rasulullah segera memanggil Zaid untuk mencatatnya.

“Panggillah Zaid untukku, serta hendaknya dia membawa lauh (alat tulis) dan tinta.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Zaid berkata,“Aku adalah jar (tetangga) Rasulullah. Apabila turun wahyu, beliau mengutus (seseorang) kepadaku, maka aku pun menulis wahyu tersebut.” (HR. Abu Dawud).

Dalam kitab shahih Bukhari riwayat Anas Ibn Malik, Rasulullah memberi gelar Jama’ah Quraa’ kepada 70 orang yang menghafal Alquran. Pada masa tersebut, ayat-ayat Alquran belum terkumpul dalam satu kitab.

Era Abu Bakar Ash-Shiddiq

Pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq, geliat penulisan Alquran mulai dilakukan. Itu karena banyak qari dan pengafal Alquran yang syahid pada Perang Yamamah pada tahun ke-12 hijriah, salah satunya seperti Salem bekas budak Abu Hudzaifah.

Lalu Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit mengumpulkan Alquran dalam satu mushaf. Itu karena dia khawatir melihat banyaknya hafidz yang wafat.

Zaid bin Tsabit Ra berkata: “Abu Bakar Ra. memanggilku saat kami berada di medan Yamamah (setelah diketahui tentang gugurnya tujuh puluh hufazh) dan ketika itu terlihat Umar bin Khattab duduk di sisinya.

Kemudian, Khalifah Abu Bakar berkata: “Tadi Umar bin Khattab menemuiku dan berkata bahwa pertempuran di Yamamah itu amat mengerikan dan begitu dahsyat sampai para huffazh berguguran dan aku khawatir hal ini berlanjut pada kelompok muslimin lainnya sehingga banyak ayat yang hilang. Karena itu menurut pendapatku, sebaiknya engkau mengumpulkan Alquran.”

Namun, sebelum semua isi Alquran tertulis dalam satu mushaf, Khalifah Abu Bakar wafat. Maka suhuf-suhuf yang telah terkumpul pada masa beliau disimpan di kediaman Umar bin Khattab yang kemudian dipegang oleh Hafshah binti Umar.

Pada Masa Utsman bin Affan

Pada zaman Utsman bin Affan, muncul beberapa qira’at di tengah umat Islam. Hudzaifan bin Yaman yang mendengar berita ini langsung melapor kepada Utsman bin Affan. 

Dia melaporkan agar Utsman menyelesaikan masalah tersebut agar tidak terjadi pertikaian mengenai kitab suci seperti yang terjadi pada kaum Nasrani dan Yahudi.

Setelah mendapat laporan tersebut, Utsman mengumpulkan para pembesar, termasuk Ali bin Abi Thalib. Saat dirinya meminta pendapat apa yang seharusnya kita lakukan, dari sanalah kemudian muncul keputusan untuk mengumpulkan semua tulisan Alquran dalam satu mushaf.

Utsman lalu membentuk tim pengganda Al-Qur’an yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit. Anggota dari tim itu antara lain Abdullah bin Zubair, Al Harits bin Hisyam, dan Sa’id bin Al-Ash. “Jika kalian menemukan perbedaan, maka tulislah dengan lisan Quraisy,” kata Utsman kepada tim tersebut.

Setelah Al-Qur’an dikumpulkan menjadi satu mushaf, Utsman lalu mengirim salinan mushaf ke negeri-negeri umat Islam. Pada era Utsman terjadi standarisasi penulisan Alqura yang dikenal sampai saat ini.

Baca Juga: Pengadilan Swedia Dakwa Pembakar Alquran lantaran Menghasut Kebencian
 

Penulis :
Ayuningtyas