billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Penyintas Pembantaian Nanjing, Xiong Shulan, Wafat di Usia 94 Tahun, Tinggal 25 yang Masih Hidup

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Penyintas Pembantaian Nanjing, Xiong Shulan, Wafat di Usia 94 Tahun, Tinggal 25 yang Masih Hidup
Foto: (Sumber: Jumlah penyintas peristiwa Nanjing yang tercatat masih hidup sebanyak 25 orang, menurut Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Tentara Jepang pada Senin (29/9). ANTARA/Xinhua)

Pantau - Salah satu penyintas tragedi kemanusiaan terburuk dalam sejarah modern, Xiong Shulan, meninggal dunia pada Sabtu, 27 September 2025, dalam usia 94 tahun, sebagaimana diumumkan oleh Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Tentara Jepang pada Senin, 29 September 2025.

Dengan wafatnya Xiong, jumlah penyintas Pembantaian Nanjing yang masih hidup kini hanya tersisa 25 orang.

Bertahan Hidup dengan Menyamar, Tinggalkan Jejak Sejarah

Xiong Shulan adalah saksi hidup atas kekejaman yang terjadi selama enam pekan mulai 13 Desember 1937, saat pasukan Jepang merebut kota Nanjing, ibu kota China saat itu.

Diperkirakan sekitar 300.000 warga sipil dan tentara tak bersenjata China dibantai secara brutal oleh militer Jepang dalam tragedi yang dikenal dunia sebagai Pembantaian Nanjing.

Untuk bertahan hidup, Xiong menyamar sebagai anak laki-laki dengan mencukur rambutnya, sebuah tindakan berani demi menghindari kekerasan yang saat itu menyasar terutama perempuan.

Xiong juga dikenal luas karena kecintaannya terhadap kuaiban, seni mendongeng ritmis tradisional Tiongkok yang ia pelajari dan lestarikan hingga akhir hayatnya.

Sejak awal tahun 2025, sudah tujuh penyintas tragedi ini meninggal dunia, menandakan semakin menipisnya jumlah saksi langsung peristiwa tersebut.

Pengakuan Dunia dan Upaya Pelestarian Sejarah

Pemerintah China secara aktif mendokumentasikan kesaksian para penyintas dalam bentuk transkrip tertulis dan rekaman video untuk keperluan edukasi dan sejarah.

Pada tahun 2014, China menetapkan tanggal 13 Desember sebagai hari peringatan nasional korban Pembantaian Nanjing.

Satu tahun kemudian, pada 2015, UNESCO mencantumkan dokumen-dokumen pembantaian ini dalam Daftar Memori Dunia (Memory of the World Register) sebagai bentuk pengakuan internasional atas pentingnya tragedi ini dalam sejarah kemanusiaan.

Penulis :
Ahmad Yusuf