Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Psikolog Ingatkan Dampak Hubungan Toksik, Beri Kiat untuk Keluar demi Jaga Kesehatan Mental

Oleh Gerry Eka
SHARE   :

Psikolog Ingatkan Dampak Hubungan Toksik, Beri Kiat untuk Keluar demi Jaga Kesehatan Mental
Foto: (Sumber: Ilustrasi- Hubungan toksik bisa berdampak pada kesehatan mental seseorang yang cenderung menarik diri dari interaksi sosial. ANTARA/Ahmad Rifandi.)

Pantau - Psikolog klinis Fransisca Debi Oktavia dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Himpsi Kalimantan Timur mengungkap sejumlah ciri dan dampak dari hubungan toksik yang dapat menggerogoti kesehatan mental seseorang. Ia juga memberikan kiat untuk keluar dari hubungan tidak sehat tersebut.

Ciri-ciri Hubungan Toksik yang Harus Diwaspadai

Menurut Fransisca, salah satu tanda utama hubungan toksik adalah ketika seseorang harus terus-menerus menyesuaikan diri dengan keinginan pasangannya tanpa memperhatikan kebutuhan dan perasaan pribadinya.

Dalam situasi ini, individu cenderung kehilangan jati diri.

"Hobi dan aktivitas positif ditinggalkan. Fokus hidup hanya untuk pasangan," ujarnya.

Ia juga menyebut bahwa isolasi sosial menjadi gejala umum.

Seseorang dalam hubungan toksik biasanya menarik diri dari pergaulan dan perlahan kehilangan koneksi dengan teman-teman lama maupun dunia luar.

Akibatnya, kualitas hidup menurun, gairah hidup meredup, dan produktivitas terganggu.

Bahkan, korban bisa merasa tidak berkembang secara pribadi.

Untuk menguji apakah sebuah hubungan tergolong toksik, Fransisca menyarankan agar seseorang mengevaluasi perasaannya secara jujur: Apakah lebih banyak rasa takut dibanding rasa nyaman? Apakah pasangan sungguh berubah atau hanya memberikan janji manis?

Dan yang terpenting, apakah diri kita berkembang atau justru semakin mengecil dalam hubungan tersebut?

Kiat untuk Berani Keluar dan Menjaga Diri

Meski banyak orang menyadari hubungan yang dijalani tidak sehat, tidak sedikit pula yang merasa kesulitan untuk mengakhiri.

Alasannya beragam, mulai dari hubungan yang sudah berjalan lama, keterikatan dengan keluarga atau teman pasangan, hingga masih adanya rasa sayang meskipun menyakitkan.

Untuk itu, Fransisca memberikan tiga langkah awal bagi siapa pun yang ingin keluar dari relasi toksik.

Pertama, akui perasaan dan kenyataan bahwa hubungan itu menyakitkan.

Kedua, sadari realitas secara jernih—penyangkalan justru memperburuk kondisi mental.

Dan ketiga, bangun sistem dukungan dengan mencari kekuatan dari orang-orang terdekat, seperti keluarga atau teman terpercaya.

"Penting untuk jujur mengevaluasi, apakah dirimu berkembang atau menyusut dalam hubungan itu," tegasnya.

Artikel ini menjadi pengingat bahwa menjaga kesehatan mental berarti juga berani mengambil keputusan untuk meninggalkan hubungan yang menyakiti, meskipun secara emosional terasa berat.

Penulis :
Gerry Eka