
Pantau.com - Dua musim bersama menggeber Ducati Corse sudah cukup bagi Jorge Lorenzo. Pada balapan akhir MotoGP 2018, X-Fuera -julukan Lorenzo- menyampaikan pesan perpisahan di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol, Minggu 18 November 2018.
Well, Lorenzo meninggalkan 'zona nyaman' bersama Yamaha yang dibelanya selama sembilan musim. Dirinya mencoba tantangan baru bersama Ducati, tapi juara dunia MotoGP tiga kali itu tidak terlalu baik mengawali tahun pertamanya.
"Ada kisah-kisah yang menyenangkan, ada yang menyedihkan, dan ada pula yang tidak keduanya, seperti kisah saya bersama Ducati," ungkap Lorenzo di dalam video yang diunggah laman resmi MotoGP.com, Senin (19/11/2018).
Jorge Lorenzo saat datang ke Indonesia di musim pertama bersama Ducati Corse. (Foto: Pantau.com/ Tatang Adhiwidharta)
Pada musim pertamanya, Lorenzo meraih hasil buruk selama mengikuti ajang premier class tersebut. Lihat saja, pria asal Spanyol itu menempati posisi ketujuh di akhir musim 2017. Bahkan Lorenzo kalah bersaing dengan rekan setim, Andrea Dovizioso yang kelua sebagai runner-up. Karena itu, ia menilai tak mudah bisa juara dengan menggunakan mesin pabrikan asal Italia.
Baca Juga: Legenda MotoGP Nilai Lorenzo di Ducati Bakal Tetap Miliki Masalah!
"Saya sangat sadar dengan kesulitannya, tapi saya kaget ketika mencoba motor mereka untuk pertama kalinya, itu jauh di luar dari apa yang saya perkirakan. Sedikit demi sedikit, saya menyadari bahwa semua kemampuan, yang membawa saya menjadi seorang juara dunia, tak berguna lagi untuk saya," kata Lorenzo.
Pahit getir dirasakan Lorenzo bersama Ducati. Ia mencoba meningkatkan performanya dengan Desmosedici, belum lagi kritikan yang dialamatkan padanya, dimana Bos Ducati, Claudio Domenicali mengatakan timnya sudah mengeluarkan dana besar mendatangkan seorang juara dunia tiga kali.
"Saya harus bekerja setiap waktu untuk mempelajari semuanya dan setiap orang," beber Lorenzo.
Lorenzo sempat merasa frustrasi dengan motor Desmosedici. (Foto: Crash.net)
Momen kritis tiba di balapan GP Prancis di Sirkuit Le Mans. Di tahun keduanya bersama Ducati, Lorenzo yang memimpin lomba di Le Mans kehilangan posisinya di depan dan hanya mampu finis keenam.
"Situasinya kritis dan karir saya terancam," ujar Lorenzo.
Lorenzo sempat berpikir untuk pensiun di usianya yang ke-31 kala itu. Perlahan tapi pasti, ia mengambil momentum kemenangan Ducati di GP Italia yang merupakan kandang mereka.
"Tapi pemikiran untuk meninggalkan olahraga ini membuat saya semakin sedih. Ini bukan lah saatnya. Saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa menang lagi," kata Lorenzo.
"Saya berhasil. Tak pernah selama hidup ini saya berteriak demikian kencangnya di dalam helm. Tak ada kemenangan yang lebih indah daripada menang di Italia bersama Ducati," tambahnya.
Pada balapan selanjutnya di Catalunya, Lorenzo kembali naik podium pertama bersama Ducati. Kemudian podium kedua di Brno, Ceko. Lorenzo melanjutkan tradisi kemenangan Ducati di Austria dengan mengalahkan Marc Marquez (Repsol Honda).
"Di balapan, seperti halnya kehidupan nyata, keputusan adalah segalanya. Suatu keputusan bagus atau buruk bisa merubah semuanya," kata Lorenzo.
Lorenzo terjatuh dari kuda besinya. (Foto: Reuters)
Cedera yang dia alami ketika turun di Aragon membuat Lorenzo absen beberapa balapan menjelang akhir musim. Kejadian itu membuatnya terpukul karena merasa belum bisa memberikan yang terbaik.
"Di sana lah cedera mulai mendera, yang menghalangi saya dari perpisahan yang saya pernah bayangkan. Tidak adil rasanya jika hanya membiarkan beberapa balapan yang kurang beruntung menodai dua tahun yang magis yang akan selalu mendapat tempat yang spesial di hati saya," buka Lorenzo.
Baca Juga: 'Kekuatan Pikiran' Jadi Modal Lorenzo Bersama Repsol Honda Musim Depan
Yap, bersama Ducati, Lorenzo menutup musim MotoGP 2018 di peringkat sembilan klasemen balap dengan 134 poin. Ini menjadi momen terakhirnya bersama Ducati, karena musim depan ia menggeber motor Honda bersama Marquez. Tetap saja, pengalaman bersama Ducati akan selalu diingat Lorenzo.
"Terima kasih atas kecemerlangan dan kerja keras dari semua teknisi dan mekanik di pabrik. Kami berhasil membuat GP18 motor terbaik di grid. Dan ini adalah suatu warisan di mana saya menjadi bagian di dalamnya, dan akan saya kenang dengan bangga. Untuk terakhir kalinya, Forza Ducati! Ciao belli ciao!," tutup Lorenzo.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta