Pantau - Setiap 26 Desember, penggemar sepak bola di Inggris menantikan salah satu tradisi paling ikonik dalam dunia olahraga: laga Boxing Day.
Sebagai bagian dari jadwal padat akhir tahun, pertandingan ini tak hanya menjadi hiburan bagi pencinta sepak bola, tetapi juga mencerminkan sejarah panjang budaya Inggris.
Boxing Day berakar dari tradisi masyarakat Inggris pada abad ke-19, di mana keluarga-keluarga kaya memberikan hadiah dalam kotak (boxes) kepada pelayan dan masyarakat kurang mampu sebagai bentuk penghargaan pasca-Natal.
Tradisi ini kemudian berkembang menjadi ajang olahraga, termasuk pertandingan sepak bola, yang digelar untuk menghibur masyarakat selama libur panjang.
Sejak awal abad ke-20, Liga Inggris mulai memanfaatkan Boxing Day sebagai bagian dari kalender resmi pertandingan. Dalam era modern, Boxing Day menjadi momen spesial yang dinantikan, terutama karena atmosfernya yang meriah serta rivalitas lokal.
Baca Juga: Manchester United Mau Tukar Guling Marcus Rashford dengan Ansu Fati?
Berbeda dengan liga-liga besar Eropa yang memiliki jeda musim dingin, Liga Inggris tetap aktif selama periode Natal hingga Tahun Baru, menawarkan hiburan bagi jutaan penonton di seluruh dunia.
Premier League, sebagai kasta tertinggi sepak bola Inggris, menjadikan laga Boxing Day bagian dari "Festive Fixtures," sebuah periode sibuk yang menantang daya tahan dan strategi tim.
Namun, jadwal padat ini kerap menjadi sorotan. Beberapa pelatih, termasuk nama-nama besar seperti Pep Guardiola dan Jurgen Klopp, mengkritik tuntutan fisik yang harus dihadapi pemain selama periode ini.
Meski begitu, Boxing Day tetap menjadi tradisi yang dirayakan dengan antusias oleh suporter, baik yang datang langsung ke stadion maupun menonton dari rumah.
- Penulis :
- Aditya Andreas
