Pantau Flash
HOME  ⁄  Olahraga

'Belandanisasi' ala Van Gaal di Barcelona, Bisakah Diterapkan di Timnas Indonesia?

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

'Belandanisasi' ala Van Gaal di Barcelona, Bisakah Diterapkan di Timnas Indonesia?
Foto: Skuad FC Barcelona musim 1998-1999 yang banyak dihuni pemain asal Belanda. (foto: Getty Images)

Pantau - Pada akhir 1990-an, Barcelona dihadapkan pada masa transisi yang signifikan, dimulai dari penunjukan Louis van Gaal sebagai pelatih pada 1997.

Salah satu aspek penting dari kepemimpinan Van Gaal di Barcelona adalah penerapan filosofi Belanda yang dikenal dengan istilah "Belandanisasi" —sebuah strategi yang mengutamakan pendekatan taktik berbasis penguasaan bola dan permainan menyerang yang menjadi ciri khas timnas Belanda saat itu.

Van Gaal berusaha membawa filosofi ini ke Camp Nou dengan memperkenalkan pemain-pemain asal Belanda dan memaksimalkan sistem permainan yang mengutamakan kontrol bola, rotasi posisi, serta formasi menyerang yang mengutamakan fluiditas.

Selama dua musim kepelatihannya, antara 1997 hingga 2000, Van Gaal berhasil mengantarkan Barcelona meraih beberapa trofi penting, termasuk dua gelar La Liga.

Baca Juga: Patrick Kluivert Tiba di Indonesia Hari Ini, Pimpin Timnas Menuju Target Besar

Meskipun begitu, kebijakan Van Gaal yang memasukkan banyak pemain asal Belanda ke dalam skuad, seperti Patrick Kluivert, Michael Reiziger, Frank de Boer, dan Marc Overmars mendapatkan banyak kritik.

Ia dinilai tidak hanya mengubah komposisi tim, tetapi juga menimbulkan ketegangan dengan beberapa pemain lain yang merasa kurang dihargai.

Upaya "Belandanisasi" ini akhirnya berujung pada kegagalan tim di musim terakhir Van Gaal, yang menyebabkan pemecatannya.

Sekarang, lebih dari dua dekade setelah era Van Gaal di Barcelona, dunia sepak bola kembali menyaksikan fenomena serupa dalam konteks timnas Indonesia.

Baca Juga: Patrick Kluivert Diminta Fokus Buktikan Diri oleh Ultras Garuda

Di bawah kepemimpinan Patrick Kluivert yang baru saja diumumkan sebagai pelatih kepala. Kluivert menggantikan Shin Tae-yong dengan membawa dua asistennya yang juga berasal dari Belanda: Alex Pastoor dan Denny Landzaat.

Seperti halnya Van Gaal di Barcelona, Kluivert bersama kedua asistennya berpotensi untuk membawa pengaruh Belanda ke dalam gaya permainan timnas Indonesia.

Apalagi, saat ini timnas Indonesia dihuni oleh pemain keturunan Belanda macam Maarten Paes, Jay Idzes, Thom Haye, Ragnar Oratmangoen, hingga Ole Romeny yang akan segera menjalani proses naturalisasi.

Penerapan filosofi sepak bola yang mengedepankan penguasaan bola, permainan menyerang, serta struktur taktik yang lebih modern bisa menjadi langkah awal dalam mengubah wajah sepak bola Indonesia.

Namun, hal ini juga berpotensi memunculkan tantangan yang serupa dengan yang dihadapi Van Gaal di Barcelona, terutama terkait dengan integrasi pemain lokal dengan gaya permainan yang lebih mengutamakan filosofi Belanda.

Baca Juga: Profil Patrick Kluivert, Juru Taktik Timnas Indonesia yang Tiba Malam Ini

Kedatangan Kluivert dan tim pelatih asal Belanda bisa diartikan sebagai sebuah upaya "Belandanisasi" dalam timnas Indonesia, jika diterapkan dengan baik, dapat meningkatkan kualitas permainan tim.

Namun, seperti yang terjadi di Barcelona, tantangan utama adalah bagaimana mengelola perbedaan antara pemain lokal dan pengaruh filosofi asing dalam hal adaptasi taktik dan gaya bermain.

Seiring dengan pengumuman ini, harapan besar muncul agar Kluivert dan tim pelatihnya dapat memberikan dampak positif terhadap timnas Indonesia, membawa mereka menuju era baru sepak bola yang lebih maju, dengan filosofi permainan yang lebih profesional dan terstruktur.

Namun, Kluvert menghadapi tantangan besar untuk membawa timnas Indonesia melaju ke Piala Dunia 2026. Ujian pertama eks anak asuh Van Gaal ini akan terjadi kala menghadapi Australia pada 20 Maret 2025 mendatang.

Penulis :
Aditya Andreas