
Pantau - Pemain Sydney FC asal Maroko, Anas Ouahim, memuji kebijakan operator Liga Australia (A-League) yang memberikan jeda 90 detik bagi pemain Muslim untuk berbuka puasa di tengah pertandingan.
Kebijakan ini kembali diterapkan musim ini setelah sebelumnya diimplementasikan pada musim lalu. Dalam aturan tersebut, pemain yang sedang menjalani ibadah puasa diperkenankan berbuka saat terjadi bola mati.
Bagi Ouahim, yang musim sebelumnya bermain di Liga Jerman, kebijakan ini merupakan hal baru dan sangat berarti, meski hanya berlangsung dalam hitungan detik.
"Ini sungguh menantang. Beberapa pekerjaan lebih membutuhkan fisik dibanding yang lain, dan sebagai pemain sepak bola, Anda butuh makanan dan minuman agar bisa tampil maksimal," ujar Ouahim, dikutip dari Morocco World News.
Menurutnya, berbuka tepat waktu sangat penting bagi kebugaran tubuh, terutama dalam menjaga hidrasi.
Baca Juga: PSSI bakal Naturalisasi 3 Pemain Sebelum Indonesia Vs Australia, Siapa Saja Ya?
"Ketika Anda tidak makan dan minum dalam durasi lama, membatalkan puasa tepat waktu sangat krusial. Ini membantu hidrasi, mungkin dengan kurma," tambahnya.
Di Australia, awal Ramadan ditetapkan pada 1 Maret 2025, dan Ouahim menjalani puasa saat membela Sydney FC dalam laga melawan Macarthur. Dalam pertandingan tersebut, Sydney FC berhasil meraih kemenangan 2-0.
Ouahim mengaku sangat terbantu dengan kebijakan yang menunjukkan inklusivitas beragama di Australia.
"Khususnya bagi atlet profesional, memiliki kesempatan untuk berbuka puasa di tengah pertandingan sangat bermanfaat," ungkapnya.
"Hal ini memungkinkan saya menjalankan perintah agama sambil tetap memainkan olahraga yang saya cintai," lanjutnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas