
Pantau.com - Garis tangan tak ada yang bisa mengubah, itu merupakan sebuah takdir. Sama halnya seperti Ole Gunnar Solskjaer yang namanya besar bersama Manchester United, kini berkesempatan menjadi nakhoda tim papan atas Premier League.
Secara resmi, Setan Merah menunjuk Solskjaer sebagai pelatih interim pada Rabu 19 Desember 2018. Ia menggantikan posisi Jose Mourinho yang didepak dua hari setelah timnya kalah dari Liverpool.
Tentu, Solskjaer bukan orang asing bagi fans Man United. Ia menjadi salah satu legenda dengan mencatatkan 126 gol dari 366 penampilannya bersama Manchester Merah antara 1996 hingga 2007.
Baca Juga: Mourinho Dipecat, Manchester United Tunjuk Ole Gunnar Solksjaer
Setelah memutuskan pensiun, pada 2008, Solskjaer menjadi manajer untuk tim cadangan (reserve) Man United. Kemudian, ia menjadi pelatih klub FC Molde di Norwegia.
Lantas seperti apa sosok Solskjaer, mengapa dirinya mau menerima tantangan sebagai juru taktik tim sebesar Manchester United. Maklum, dari catatan sebagai pelatih, ia belum memiliki kriteria yang mumpuni untuk mengangkat mental pemain.
Pantau.com, mencoba mengangkat kisah pemain berjuluk The Baby Faced Assasin. Julukan itu didapat karena keganasan Solskjaer di dalam area kotak penalti lawan. Selain itu, pria berusia 45 tahun itu juga menjadi pemain dengan label 'super sub terbaik' yang dimiliki Man United.
Solskjaer saat bersama Sir Alex Ferguson. (Foto: Daily Express)
Pemain yang Berani Melawan Sir Alex
Memiliki julukan Si Wajah Imut, sosok Solskjaer memiliki nyali yang besar. Ia pernah melawan Sir Alex Ferguson yang dikenal sebagai pelatih otoriter.
Kisah ini terjadi pada April 2000, kala itu Man United memiliki empat penyerang hebat yaitu Dwight Yorke, Andy Cole, Teddy Sheringham, dan Solskjaer.
Kebetulan, Solskjaer telah bermain di laga sebelumnya bersama Andy Cole. Lantas Fergie tak memilihnya di laga berikut dan memutuskan akan memasang Yorke dan Sheringham. "Saya akan memasang Yorke dan Sheringham, siapa di antara kalian yang tidak setuju, bicaralah," ujar Fergie kala itu.
Semua pemain diam tanda setuju dan meninggalkan ruangan. Namun, Solskjaer memberontak dengan melawan Ferguson. "Saya tak bisa menerimanya, Bos. Anda sempat menantangku, apakah saya bisa bermain sesering mungkin, Ini waktunya membuktikan," ujar Solskjaer.
"Terakhir saya bermain bagus dan mencetak gol, meski hanya mendapat waktu istirahat satu hari. Anda lihat saya bisa bermain dua kali dalam tiga hari," tambahnya.
Fergie akhirnya mengalah. Kemudian memanggil Sheringham kembali ke kantornya. "Ole yang akan main, maaf," tutur Fergie kepada Sheringham.
Solksjaer tak memiliki DNA sepakbola. (Foto: Manchester Evening News)
Tak Miliki DNA Sepakbola
Solskjaer terlahir bukan dari kalangan pencinta sepakbola. Ayahnya, merupakan seorang pegulat profesional. Namun, ia kerap dipuji Fergie karena memiliki bakat sensasional.
"Ia seorang finisher terhebat, satu yang terhebat yang pernah kulihat," ujar Fergie.
Solskjaer bersama ikon Man United. (Foto: The Telegraph)
Rela Terima Kartu Merah Asalkan Man United Tak Kalah
Ole Gunnar Solskjaer memiliki kenangan kontroversial dengan menerima kartu merah di laga melawan Newcastle United pada April 1998. Saat itu kedudukan sama kuat 1-1, dan waktu telah memasuki injury time.
Man United mendapat tendangan bebas, seperti biasa David Beckham menjadi eksekutornya. Seluruh pemain masuk ke kotak penalti Newcastle untuk memberikan tekanan, tentu ini merupakan peluang terakhir Manchester United.
Sayangnya, sepakan Beckham dipatahkan pemain Newcastle. Serangan balik pun terjadi, Lee Sharpe (pemain Newcastle), membawa bola seorang diri tanpa kawalan ke arah gawang Manchester United.
Solskjaer terlihat sekuat tenaga mengejar, kemudian dengan sengaja menjatuhkan Lee Sharpe. Alhasil, peluang Newcastle mencuri kemenangan di detik akhir pupus.
Kendati terkena kartu merah, semua fans di Stadion Old Trafford memberi applaus untuk Solskjaer. Ia dinilai pahlawan Man United pada hari itu. Sayangnya, Fergie mengamuk dengan tindakan yang dilakukan Solskjaer. Menurut pelatih asal Skotlandia itu, timnya harus bisa bermain fair play.
"Di Manchester United, kita tidak menang dengan cara itu, Kita bermain dengan fair play," tukas pelatih tersukses di Britania Raya tersebut.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta