
Pantau - Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, menekankan pentingnya penerapan semua teknologi yang dapat menurunkan emisi. Hal tersebut untuk mencapai target pengurangan emisi karbon sebesar 41 persen pada tahun 2030.
“Untuk mencapai target 2030, semua teknologi yang dapat menurunkan emisi harus diimplementasikan. Meski tidak menghapus emisi sepenuhnya, penurunan emisi adalah hal yang lebih krusial,” kata Bob dilansir dari Antara, Kamis (24/10/2024).
Menurut Bob, strategi transisi energi tidak harus sepenuhnya bergantung pada energi bersih yang nol emisi. Contohnya, penggunaan gas, meski tidak sepenuhnya tanpa emisi, dapat mengurangi emisi hingga 60 persen.
Begitu pula dengan biomassa kata Bob, meskipun menghasilkan karbon dan metan, tetap memberikan kontribusi signifikan dalam penurunan emisi.
“Jika teknologi tersebut bisa menurunkan emisi, mengapa tidak digunakan? Tidak semua harus net zero,” jelasnya.
Baca juga: GIIAS Bandung 2024 Diharapkan Dorong Pertumbuhan Minim Emisi
Bob juga menggarisbawahi fenomena "greenflation" yang dialami beberapa negara, seperti Prancis yang, meskipun mengandalkan 70 persen energi dari nuklir, mengalami tantangan ekonomi akibat penekanan berlebih pada industri hijau. Hal serupa terjadi di Inggris setelah Brexit, yang membuat target pengurangan emisi mereka diubah dari 2030 menjadi 2035.
Dalam kesempatan itu, Bob mengajak Indonesia untuk memanfaatkan potensi transisi energi. Ia mencontohkan Brasil yang berhasil menggunakan bioetanol sebagai sumber energi alternatif.
Menurutnya, kesuksesan Brasil bisa menjadi acuan bagi Indonesia untuk memaksimalkan potensi bioetanol yang berdampak positif pada pengurangan emisi dan peningkatan ekonomi petani lokal.
Meskipun penggunaan bioetanol di Indonesia masih rendah, potensi yang ada sangat besar. Selain dari tebu, bioetanol juga dapat dihasilkan dari singkong dan jagung, yang telah diadopsi oleh beberapa negara lain sebagai bahan bakar campuran E5 dan E10.
“Ini adalah salah satu program dari pemerintahan baru untuk mengembangkan etanol sebagai alternatif biodiesel,” pungkasnya.
Baca juga: Toyota soal Hybrid dan Bioetanol: Solusi Turunkan Emisi di 2030
Sebagai bagian dari upaya mendukung cita-cita pemerintah mencapai "Bebas Emisi", Toyota akan mengadakan seminar nasional di Universitas Indonesia pada 30 Oktober mendatang.
Seminar ini merupakan rangkaian acara memperingati 50 tahun keberadaan Toyota di Indonesia dan bertujuan berkontribusi terhadap industri otomotif nasional.
Sebelumnya, seminar serupa telah dilaksanakan di enam universitas, termasuk Universitas Diponegoro dan Universitas Gadjah Mada, dengan tema “100 Years of Indonesia Automotive Industry, Realizing Indonesia Net-Zero Emission.”
Toyota Indonesia mengusung pendekatan multi-pathway, yang mencakup sinergi teknologi kendaraan elektrifikasi, pemanfaatan energi rendah emisi seperti biofuel, serta optimalisasi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam proses manufaktur yang lebih ramah lingkungan.
Transisi menuju energi baru terbarukan sangat penting untuk menjaga ketersediaan energi dan lingkungan yang lebih bersih bagi generasi mendatang.
Baca juga: Ahli Nilai Kendaraan Bioetanol Bagus Kurangi Emisi
- Penulis :
- Sofian Faiq











