
Pantau - Setiap bulan Ramadan, umat Islam di berbagai daerah memiliki tradisi unik untuk membangunkan warga guna santap sahur. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah berkeliling permukiman dengan membunyikan kentongan atau menggunakan pengeras suara di masjid dan mushala. Biasanya, kegiatan ini dimulai 90 menit sebelum imsak, dilakukan setiap 30 menit hingga waktu sahur hampir habis.
Namun, dalam beberapa daerah, tradisi ini berkembang dengan variasi lain, seperti memainkan alat musik atau meneriakkan yel-yel menggunakan pengeras suara berdaya tinggi. Bahkan, tak jarang aktivitas membangunkan sahur dilakukan terlalu dini, sekitar tiga hingga empat jam sebelum imsak, yang berpotensi mengganggu waktu istirahat masyarakat.
Lantas, bagaimana pandangan ulama terkait tradisi ini? Berikut penjelasan dari Idris Mas'udi, anggota Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU).
Sejarah dan Dalil Tradisi Membangunkan Sahur

Menurut Idris Mas’udi sebagaimana dilansir dari ANTARA, hingga saat ini tidak ada dalil khusus yang secara eksplisit menganjurkan tradisi membangunkan sahur. Meski begitu, praktik ini memiliki sejarah panjang dalam peradaban Islam.
Baca juga: Tips Menyimpan dan Menghangatkan Makanan Sahur agar Tetap Aman
Dalam catatan sejarah, Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW, dikenal sebagai orang pertama yang membangunkan warga untuk sahur dengan mengumandangkan azan. Seiring perkembangan zaman, kebiasaan ini terus berkembang dengan berbagai metode dan alat yang digunakan sebagai media untuk membangunkan umat Muslim saat sahur.
Pertimbangan Penggunaan Pengeras Suara
Penggunaan pengeras suara dalam membangunkan sahur perlu memperhatikan aspek manfaat dan mafsadat (dampak negatif) yang ditimbulkannya. Jika suara yang dihasilkan terlalu bising dan mengganggu kenyamanan warga, maka praktik ini bisa menjadi sesuatu yang kurang baik dalam pandangan Islam.
Idris Mas'udi menegaskan bahwa dalam masyarakat yang majemuk, perlu adanya persetujuan dan kerelaan dari lingkungan sekitar. Tradisi membangunkan sahur hendaknya tidak sampai merusak suasana malam atau mengganggu waktu istirahat warga yang mungkin memiliki aktivitas di pagi harinya.
Bijak dalam Membangunkan Sahur
Tradisi membangunkan sahur merupakan bagian dari kekayaan budaya Islam yang telah berlangsung sejak lama. Namun, dalam pelaksanaannya, diperlukan kesadaran dan kebijaksanaan agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat.
Baca juga: 5 Tips Memilih Menu Sahur yang Sehat
Membangunkan sahur boleh dilakukan, tetapi harus dengan cara yang santun dan beradab. Pemilihan alat dan waktu juga harus diperhatikan agar tetap memberikan manfaat tanpa menimbulkan gangguan. Dengan demikian, tradisi ini tetap dapat dijaga tanpa mengorbankan ketenangan warga di bulan Ramadan yang penuh berkah.
- Penulis :
- Latisha Asharani