Pantau Flash
HOME  ⁄  Pertambangan

Longsor di Tambang Freeport Diselidiki, Operasional Masih Menunggu Evaluasi

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Longsor di Tambang Freeport Diselidiki, Operasional Masih Menunggu Evaluasi
Foto: Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung memberi keterangan ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat 7/11/2025 (sumber: ANTARA/Putu Indah Savitri)

Pantau - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggandeng Direktorat Jenderal Penegakan Hukum (Ditjen Gakkum) untuk menyelidiki kemungkinan pelanggaran hukum terkait insiden longsor yang terjadi di tambang bawah tanah Freeport, tepatnya di Grasberg Block Cave (GBC), Papua Tengah.

Evaluasi Hukum dan Keselamatan Masih Berlangsung

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan bahwa pihaknya bersama Ditjen Mineral dan Batubara (Minerba) serta Ditjen Gakkum tengah melakukan evaluasi menyeluruh.

"Jadi itu lagi dikonsolidasikan oleh Ditjen Minerba sama Ditjen Gakkum, apakah itu ada permasalahan hukum juga di situ, apakah itu ada kelalaian, ini lagi dilakukan evaluasi oleh Gakkum," ungkapnya.

ESDM juga belum memberikan izin terhadap permintaan Freeport untuk kembali melanjutkan aktivitas tambang di dua lokasi lain sebelum hasil evaluasi diselesaikan.

Jika hasil evaluasi menyatakan bahwa area tambang tersebut aman, maka aktivitas akan diizinkan untuk dilanjutkan.

Yuliot menekankan pentingnya pemisahan antara area yang terdampak longsor dengan area yang tidak terdampak.

"Karena itu kan yang terdampak (longsor) dengan yang tidak terdampak itu harus kita pisahkan. Jadi, ya, saya cek dulu sama Dirjen Minerba," ia mengungkapkan.

Dampak Operasional dan Restorasi Pasca Longsor

Insiden longsor berupa lumpur bijih basah terjadi di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) Extraction 28-30 Panel, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, pada 8 September 2025.

Sejak kejadian tersebut, seluruh aktivitas pertambangan dihentikan sementara.

Langkah ini diambil untuk mengarahkan seluruh sumber daya perusahaan dalam proses evakuasi tujuh pekerja yang terjebak di dalam tambang.

Proses pencarian dilakukan bertahap dan dinyatakan selesai oleh pihak Freeport pada 6 Oktober 2025.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, menyatakan bahwa penghentian operasi menyebabkan smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur, tidak dapat beroperasi karena terhentinya pasokan konsentrat.

"Mudah-mudahan kami bisa segera beroperasi walaupun tidak dalam kapasitas penuh, supaya bisa ada konsentrat yang kami produksi untuk dikirim ke smelter-smelter," katanya.

Hingga saat ini, dampak terhadap realisasi produksi Freeport akibat penghentian aktivitas tambang selama lebih dari satu bulan masih dalam proses perhitungan.

Fokus utama Freeport kini adalah melakukan restorasi terhadap area tambang pasca proses evakuasi korban selesai.

Penulis :
Shila Glorya
Editor :
Shila Glorya