
Pantau - Direktur Eksekutif Partner Politik Indonesia, AB Solissa menilai hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Megawati Soekarnoputri dan PDIP berada dalam posisi diametral.
"Ya mereka sulit bertemu setelah Gibran Rakabuming Raka maju jadi cawapresnya Prabowo Subianto. Jokowi dianggap tak lagi tegak lurus dengan sikap PDP yang mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md," tutur AB Solissa kepada Pantau.com, Rabu (10/1/2024).
Menurutnya, ketegangan tersebut sudah lama terjadi, bahkan Gibran kerap dipanggil untuk mengklarifikasi pertemuannya dengan Prabowo.
"Pertemuan itu lalu dilanjutkan dengan deklarasi dukungan relawan Jokowi dan Gibran untuk Prabowo sebagai capres pada 19 Mei 2023 di Angkringan Omah Semar, Solo, Jawa Tengah (Jateng)," lanjutnya.
Berlanjut di Mahkamah Konstitusi
AB Solissa menuturkan, pasang surut Jokowi dan PDIP kemduain berlanjut ke putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait usia capres-cawapres dengan penambahan klausul pernah menjabat sebagai kepala daerah yang memudahkan jalan Gibran.
"Apalagi dia kan usianya masih di bawah 40 tahun sebagaimana yang menjadi syarat UU Pemilu. Ada dugaan kalau pihak Istana turut mengintervensi putusan MK untuk memudahkan langkah politik Gibran," kata AB Solissa.
"Klimaksnya ketika Gibran menghadiri acara deklarasi dan kemudian bersama-sama dengan Prabowo mendaftarkan diri sebagai pasangan capres-cawapres di KPU RI pada 25 Oktober 2023," sambungnya.
- Penulis :
- Khalied Malvino