Pantau Flash
HOME  ⁄  Politik

Pakar Nilai Keanggotaan Penuh Indonesia di BRICS Menjadi Langkah Strategis Presiden Prabowo

Oleh Ahmad Ryansyah
SHARE   :

Pakar Nilai Keanggotaan Penuh Indonesia di BRICS Menjadi Langkah Strategis Presiden Prabowo
Foto: Tangkap layar - Presiden RI Prabowo Subianto didampingi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan), berbicara dalam Forum Bisnis Indonesia-Brasil yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, pada Minggu (17/11) waktu setempat yang disaksikan melalui YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin (18/11/2024). ANTARA/Mentari Dwi Gayati/aa.

Pantau - Pakar hubungan internasional dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, Riska Sri Handayani, menilai keanggotaan penuh Indonesia dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) sebagai langkah besar yang diambil oleh Presiden Prabowo Subianto menjelang 100 hari pemerintahannya.

Namun, Riska mengingatkan bahwa meskipun ini merupakan prestasi besar, pemerintah perlu menunjukkan manfaat konkret dari keanggotaan Indonesia di BRICS, terutama dalam konteks politik dalam negeri."Pemerintah harus bisa memanfaatkan keanggotaan ini secara proaktif untuk mengejar kepentingan nasional, menggarap berbagai sektor kerjasama, dan meningkatkan bargaining power Indonesia di forum internasional," jelasnya.

Dalam aspek politik luar negeri, Riska menilai bahwa keanggotaan penuh ini bisa memperkuat posisi Negara-Negara Berkembang di Selatan (The Global South) dalam forum global, sekaligus membuka peluang untuk kerjasama dengan negara-negara maju di Utara.

"Keanggotaan Indonesia di BRICS dapat membawa sentimen positif dan membantu menghindari ketegangan geopolitik serta konflik internasional, mengingat Indonesia dikenal sebagai negara nonblok," tambahnya.

Baca Juga:
RI Bergabung ke BRICS Jadi Berkah bagi Rupiah
 

Namun, Riska juga menyampaikan kekhawatiran akan adanya sentimen negatif dari Amerika Serikat terkait keanggotaan Indonesia di BRICS."Rivalitas Amerika Serikat dengan Rusia dan China bisa mempengaruhi hubungan internasional, terutama dengan pemerintahan AS yang dipimpin oleh Donald Trump, yang berpotensi memicu perang dagang seperti yang terjadi pada 2018," ujarnya.

Dia juga menekankan pentingnya Indonesia menjaga kedaulatannya dan tidak terjebak dalam tarik-menarik kekuatan global."Indonesia harus menjaga posisinya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, dengan memanfaatkan kekuatan dan potensi masyarakat yang mencapai 270 juta jiwa untuk mencapai kepentingan nasionalnya," katanya.

Sebelumnya, pada Senin (6/1), Brasil sebagai presidensi BRICS tahun ini mengumumkan bahwa Indonesia telah resmi menjadi anggota penuh organisasi internasional tersebut. Pemerintah Brasil menyatakan bahwa Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi dan populasi terbesar di Asia Tenggara, memiliki kesamaan pandangan dengan negara-negara BRICS lainnya terkait dukungan reformasi institusi global dan kontribusinya untuk memperkuat kerjasama antara negara-negara Global South.

Penulis :
Ahmad Ryansyah