Pantau Flash
HOME  ⁄  Politik

Bamsoet Menilai Natal 2025 Menjadi Momentum Memperkuat Toleransi dan Solidaritas di Tengah Bencana

Oleh Gerry Eka
SHARE   :

Bamsoet Menilai Natal 2025 Menjadi Momentum Memperkuat Toleransi dan Solidaritas di Tengah Bencana
Foto: (Sumber: Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet). ANTARA/HO-MPR RI.)

Pantau - Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo atau Bamsoet mendorong perayaan Natal 2025 dimaknai sebagai momentum untuk memperkuat toleransi, solidaritas, dan empati sosial di tengah meningkatnya bencana alam di berbagai wilayah Indonesia.

Pernyataan tersebut disampaikan Bamsoet pada Kamis, 25 Desember 2025, seiring dengan masih tingginya jumlah warga terdampak bencana alam sepanjang tahun ini.

Ia menilai pesan Natal memiliki relevansi kuat di tengah kondisi kebencanaan yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, serta jutaan warga kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian.

“Di tengah bencana yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, Natal harus dimaknai sebagai panggilan moral untuk memperkuat rasa empati, solidaritas serta persatuan,” ungkap Bamsoet.

Bamsoet menyampaikan bahwa pesan Natal bersifat universal, yakni tentang kasih dan persaudaraan tanpa memandang agama, suku, maupun golongan.

Ia menegaskan bahwa dalam situasi bencana tidak ada sekat perbedaan, melainkan sesama anak bangsa yang saling menolong dan menguatkan.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sepanjang tahun 2025 tercatat lebih dari 2.900 kejadian bencana yang didominasi banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor.

Dampak bencana tersebut meliputi korban jiwa, kerusakan rumah dan infrastruktur, serta jutaan warga yang harus mengungsi.

Khusus bencana banjir di wilayah Sumatera hingga 24 Desember 2025, korban meninggal tercatat mencapai 1.129 orang, dengan 174 orang masih dinyatakan hilang dan sebanyak 496.293 jiwa berada di lokasi pengungsian.

Bamsoet menjelaskan bahwa mayoritas korban bencana berasal dari kelompok masyarakat paling rentan secara ekonomi dan sosial.

Banyak di antara mereka tinggal di kawasan rawan bencana, memiliki rumah dengan konstruksi sederhana, serta bergantung pada sektor informal sehingga pemulihan pascabencana berjalan lambat dan penuh ketidakpastian.

“Ketika warga terdampak masih berada di pengungsian tanpa rumah dan kepastian masa depan, nurani kebangsaan kita diuji,” ungkapnya.

Ia menegaskan seluruh anak bangsa memiliki kewajiban moral untuk hadir, membantu, dan menguatkan korban bencana tanpa melihat perbedaan apa pun.

Bamsoet menekankan solidaritas sosial tidak boleh berhenti pada penyaluran bantuan logistik awal, melainkan harus dilanjutkan dengan pemulihan ekonomi warga terdampak termasuk petani, nelayan, dan pelaku usaha kecil.

Ia menilai perayaan Natal 2025 menjadi ruang refleksi bersama bahwa perbedaan keyakinan bukan penghalang untuk bersatu, terutama dalam situasi krisis.

Menurut Bamsoet, dengan memperkuat nilai toleransi dan gotong royong, Indonesia diyakini mampu melewati berbagai krisis termasuk bencana alam.

Penulis :
Gerry Eka