Pantau Flash
HOME  ⁄  Teknologi & Sains

Mengintip Proses Sensor Film di LSF: Dari Ruang Redup ke Teknologi Digital dan AI

Oleh Gerry Eka
SHARE   :

Mengintip Proses Sensor Film di LSF: Dari Ruang Redup ke Teknologi Digital dan AI
Foto: (Sumber: Kegiatan kelompok penyensor saat menelaah tayangan sebelum dirilis ke publik. ANTARA/Syamsoel Rizal.)

Pantau - Proses penyensoran tayangan oleh Lembaga Sensor Film (LSF) dilakukan di dalam studio khusus bercahaya redup, tempat enam orang anggota LSF dan tenaga sensor bekerja menelaah konten sebelum dirilis ke publik.

Setiap kelompok penyensor bertugas untuk menilai, meneliti, dan menggolongkan setiap adegan tayangan berdasarkan nilai moral dan klasifikasi usia penonton.

LSF menerima sekitar 200 hingga 300 judul materi tayangan setiap hari yang dibagi secara acak ke dalam lima studio sensor.

Kegiatan penyensoran berlangsung mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WIB, mencakup film layar lebar, serial televisi, iklan, dan konten digital lainnya.

Saat ini, LSF memiliki total 103 personel yang terdiri dari 17 anggota dan 33 tenaga sensor yang bertugas di studio.

Dari Seluloid ke Digital dan Upaya Integrasi Teknologi AI

Sejak tahun 2014, LSF telah meninggalkan metode sensor berbasis pita seluloid dan sepenuhnya beralih ke sistem penyensoran digital.

Pada masa lalu, penyensoran dilakukan dengan memotong langsung bagian film dari pita seluloid dan menyambungkannya kembali menggunakan solatip.

Kini, proses sensor dilakukan tanpa pemotongan fisik, melainkan melalui pemberian catatan dan rekomendasi kepada produser atau rumah produksi untuk melakukan penyesuaian konten.

LSF juga menjalin kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk mengkaji kelayakan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam proses penyensoran.

Upaya ini dilakukan karena teknologi penyensoran yang ada saat ini masih dianggap terbatas dalam menjawab kebutuhan penyaringan konten yang semakin beragam.

Penulis :
Gerry Eka