Pantau Flash
HOME  ⁄  Teknologi

‘Think Before Sharing’ Dinilai Jadi Ciri Pemuda Berkarakter Pancasila di Dunia Digital

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

‘Think Before Sharing’ Dinilai Jadi Ciri Pemuda Berkarakter Pancasila di Dunia Digital
Foto: Ilustrasi - 'Think before sharing' di era digital. (iStockphoto.com)

Pantau – Penerapan ideologi Pancasila di era digital ditengarai terus menghadapi banyak ujian dan sandungan. Dinamika informasi di era digital seperti itu dipastikan bakal menjadi ancaman serius bagi tumbuh kembangnya generasi muda.

Itu bahkan bukan semata ancaman melainkan kenyataan jika tidak disikapi dengan tepat. Padahal, pendiri bangsa sudah meletakkan dasar ideologi yang kuat, yakni Pancasila.

“Ancaman dari hoaks misalnya, sungguh tidak main main. Ia menggelontor tanpa batas di media sosial yang diakses generasi muda dengan beragam usia,” kata Pegiat Literasi Digital, Rio Alief Radhanta saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Rabu (28/2/2024).

Mengutip catatan Kominfo.go.id, dari Agustus 2018 hingga Mei 2023, terdapat 11.642 kasus hoaks yang tersebar di banyak kategori, seperti agama, politik, ideologi, dan beragam isu lainnya.

”Ini harus disikapi secara kritis. Pemuda perlu selalu melacak kebenaran. Kemudian, jadikan lingkungan keluarga dan sekolah sebagai rujukan diskusi sebelum mencerna informasi. Budayakan selalu think before sharing, bersikap kritis atas semua hoaks sebelum berbagi,” kata Rio Alief.

Webinar literasi digital yang diselenggarakan Kominfo. (Pantau/Humas Kominfo)

Membahas topik ”Pemuda Berkarakter Pancasila dalam Dunia Digital”, diskusi virtual yang menyasar segmen kelompok masyarakat ini diikuti oleh sejumlah komunitas pemuda di Kabupaten Muaro Jambi, yang sebagian menyimak kegiatan dengan menggelar nobar. 

Di antara sejumlah komunitas itu, antara lain, Komunitas Jambi Kreatif, Bersama Karya, Gentala Community, Jambi Terkini, dan Daihatsu Community.

Sesuai topik diskusi, Rio Alief menambahkan, pemuda memang mesti memahami nilai-nilai Pancasila dalam berinteraksi. Tidak terkecuali di ruang digital.

”Pemuda juga mesti menjaga moral Pancasila dari semua ancaman yang datang, khususnya yang masuk lewat beragam konten media sosial,” jelas Rio, yang juga seorang musisi. 

Dari sudut pandang lain, Dewan Pembina Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sumatera Barat Yonisman mengatakan, wawasan kebangsaan di kalangan pemuda memang mengalami ancaman serius. Hal itu terjadi seiring dengan gempuran beragam konten yang masuk ke berbagai akun media sosial. 

Tidak sedikit konten yang membawa ideologi lain, yang kalau tidak disikapi dengan hati-hati, bisa merusak perilaku pemuda dalam bermasyarakat dan bernegara.

”Dengan memahami Pancasila dan menguasai karakter yang kini dihadirkan dalam banyak konten bercitarasa Pancasila, pemuda akan mudah mengakses ideologi sesuai zaman,” urai Yonisman, dalam webinar yang dipandu moderator Fita Mamita.

Pegiat event Marcharaka Bimo menegaskan menyinggung soal tanggung jawab semua pihak dan tidak hanya guru dan dosen di depan kelas. Tanggung jawab menyajikan konten, game atau sumber rujukan wawasan yang berkarakter Pancasila, yang selalu mengkampanyekan persatuan dan Bhineka Tunggal Ika, merupakan pekerjaan rumah semua pelaku di ruang digital. 

”Membumikan nilai-nilai Pancasila adalah pekerjaan rumah lintas anak bangsa. Seorang musisi atau pemain film, misalnya, seharusnya hanya memproduksi konten dengan cita rasa Pancasila dalam setiap produksinya,” saran Marcharaka Bimo, menutup diskusi.

Asal tahu saja, pada tahun 2024, program #literasidigitalkominfo mulai bergulir pada Februari. Kegiatan ini berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil. 

Program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta. 

Mewujudkan rakyat Indonesia yang #MakinCakapDigital dinilai menjadi penting. Apalagi, menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta penduduk Indonesia.

Mengutip survei yang dirilis APJII, tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 menyentuh angka 79,5 persen. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, ada peningkatan 1,4 persen. 

Terhitung sejak 2018, penetrasi internet Indonesia mencapai 64,8 persen. Kemudian, itu naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023.

Bagi Anda yang penasaran terkait informasi lebih lanjut mengenai literasi digital, info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo.

Penulis :
Ahmad Munjin
Editor :
Ahmad Munjin