Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Kemkomdigi Kembangkan Literasi Digital untuk Masyarakat Adat Kasepuhan Gelar Alam di Kaki Gunung Halimun-Salak

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Kemkomdigi Kembangkan Literasi Digital untuk Masyarakat Adat Kasepuhan Gelar Alam di Kaki Gunung Halimun-Salak
Foto: (Sumber: Saat mengunjungi masyarakat adat Kasepuhan Gelar Alam di kaki Gunung Halimun-Salak, Sukabumi, Jawa Barat, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menyaksikan langsung semangat warga adat Kasepuhan Gelar Alam menjaga warisan leluhur sambil membuka diri pada teknologi. (ANTARA/HO-Kementerian Komdigi))

Pantau - Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menyiapkan program pengembangan literasi digital bagi masyarakat adat Kasepuhan Gelar Alam di kaki Gunung Halimun-Salak, Sukabumi, Jawa Barat, sebagai upaya memadukan teknologi dengan pelestarian budaya dan peningkatan kesejahteraan.

Internet Jadi Alat Pelestarian dan Pemberdayaan Adat

Program ini bertujuan agar masyarakat adat tidak hanya mengakses internet, tetapi juga memanfaatkannya secara bijak dan produktif.

“Saya kira dengan melihat kondisi yang ada di Kasepuhan Gelar Alam, terutama antusiasme masyarakat untuk menggunakan internet, tepat sekali kalau program literasi digital ini bisa masuk ke sini. Bukan hanya berhenti di tingkat bagaimana menggunakan, tetapi juga bagaimana memanfaatkannya untuk menyejahterakan,” ujar Nezar Patria, perwakilan Kemkomdigi.

Literasi digital yang dikembangkan tidak hanya mencakup kecakapan teknis, tetapi juga kesadaran terhadap dampak informasi global yang dapat berbenturan dengan nilai-nilai adat.

“Internet membuat masyarakat adat tersambung dengan dunia luar, dan tentu saja ada banyak nilai-nilai yang mungkin akan berbenturan. Karena itu dibutuhkan literasi digital agar masyarakat sadar bagaimana cara menggunakan internet yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan mereka,” lanjut Nezar.

Masyarakat adat Kasepuhan Gelar Alam telah memanfaatkan internet untuk mendokumentasikan dan menyebarkan kekayaan adat serta tradisi mereka.

Teknologi ini menjadi alat pelestarian budaya, promosi pariwisata berbudaya, dan sarana edukasi tentang kearifan lokal.

Nezar menilai, potensi teknologi tepat guna sangat besar jika disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

Ia juga mendorong pelatihan lanjutan seperti penggunaan tiny AI, machine learning untuk pertanian, dan teknologi mikrohidro untuk energi terbarukan.

“Tentu saja kita akan tingkatkan juga dengan upskilling. Teknologi harus tepat guna dan punya makna di kehidupan sehari-hari masyarakat adat,” ujarnya.

Fiber Optik di Tengah Hutan dan Kepemimpinan Adat yang Adaptif

Nezar mengapresiasi langkah warga Kasepuhan Gelar Alam yang secara mandiri menarik kabel fiber optik menembus hutan untuk membuka akses informasi bagi ribuan warga.

“Coba bayangkan, di tengah hutan ini ada seutas fiber optik yang menghubungkan ribuan warga dengan informasi terbaru,” katanya.

Ia juga memberikan penghormatan kepada Ketua Adat Abah Ugi Sugriana Rakasiwi atas kepemimpinannya dalam mengelola akses internet secara bijak dan sesuai nilai adat.

“Kami memberikan apresiasi tinggi kepada Abah Ugi. Di sini, internet dijalankan sebagai internet sehat, karena warga menyaring informasi sesuai batasan adat. Ini bisa menjadi contoh bagi komunitas lain,” tutur Nezar.

Abah Ugi menyambut baik dukungan pemerintah, dan menegaskan bahwa internet bukan ancaman bagi adat, melainkan alat untuk menyuarakan eksistensi masyarakat adat di tingkat global.

“Dulu orang mungkin tidak tahu kami ada. Sekarang, dengan internet, keberadaan masyarakat adat dikenal luas. Komunikasi lebih mudah, dan kegiatan adat terbantu,” ujar Abah Ugi.

Kasepuhan Gelar Alam saat ini juga mulai mencoba teknologi baru seperti tiny AI.

Salah satu langkah awalnya adalah pemasangan alat pengukur kelembapan dan stasiun air untuk mendukung sistem pertanian tradisional.

“Kami punya perhitungan adat, seperti kalender musim tanam. Ke depan kami ingin kolaborasikan dengan teknologi supaya bisa saling melengkapi,” tutup Abah Ugi.

Penulis :
Ahmad Yusuf