
Pantau.com - Kementerian Pertanian (Kementan) akan menyiapkan langkah dalam mengantisipasi perubahan iklim ekstrem yang biasa disebut La Nina. Pasalnya belakangan terjadi peningkatan curah hujan tinggi, dan diprediksi akan terus terjadi hingga Februari 2021.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, mengatakan kemungkinan buruk La Nina adalah yang terjadi apabila musim tanam terganggu. Salah satunya, akan terjadi banjir.
"Daerah langganan banjir dan kemungkinan kontur tanah, yang mana daerah hijau kami sudah menghitung tidak kurang dari 4 persen dari lahan (yang terganggu)," kata Menteri Syahrul dalam video virtual, Senin (9/11/2020).
Baca juga: Perubahan Iklim La Nina Buat Harga Sawit Naik
Untuk itu cara mengantisipasi dan memitigasi dampak badai La Nina terhadap produksi pertanian yaitu dengan melakukan mapping di seluruh wilayah rawan banjir. "Kita memetakan zona merah atau rawan banjir akan diupayakan untuk kesiapan sarana pendukungnya untuk menekan potensi terjadinya banjir," katanya.
Selain itu, pihaknya menggunakan aplikasi early warning system dan memantau semua informasi yang ada di BMKG. Kemudian membentuk gerakkan yang terdiri dari brigade La Nina (satgas OPT-DPI), brigade alsin dan tanam, serta brigade panen dan serap gabah kostraling
"Ada brigade yang jaga, brigade untuk mempersiapkan khusus persiapkan panen," tandasnya.
Baca juga: Akademisi : Sektor Pertanian Masih Akan Tumbuh di Kuartal Berikutnya
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta