Pantau – Anggota Komisi VI DPR RI Amin AK, menyoroti lonjakan harga telur ayam. Menurutnya, hal ini bukan semata-mata akibat hambatan distribusi seperti klaim pemerintah.
“Namun, ini disebabkan menyusutnya produksi ayam dan telur yang sudah mulai terjadi sejak pandemi,” kata Amin, Senin (22/5/2023).
Ia menilai, pemerintah lamban dalam menyelesaikan sumber masalahnya. Padahal, gejala kenaikan harga telur seharusnya sudah dapat diantisipasi sejak tahun lalu.
Pasalnya, hingga pertengahan 2022, terdapat puluhan ribu peternak rakyat yang gulung tikar akibat tidak adanya proteksi pasar dari pemerintah untuk bertarung dengan perusahaan besar.
Baca Juga: Komisi IV Desak Tembakau Segera Dicabut dari Kategori Tanaman Narkotika dalam DIM RUU Kesehatan
“Perusahaan besar ini seharusnya masuk ke pasar modern dan pasar ekspor. Namun, justru mereka dibiarkan masuk ke pasar-pasar tradisional,” ujarnya
“Tanpa proteksi, sulit bagi peternak rakyat yang bermodal kecil bisa bersaing dengan pemodal besar yang menguasai rantai dari hulu hingga hilir,” imbuhnya.
Amin memaparkan, kondisi tersebut juga diperparah dengan melambungnya harga pakan terutama jagung yang menyumbang 50 persen komposisi pakan ayam.
“Di saat peternak rakyat akan bangkit setelah rontok dihantam pandemi, mereka justru harus berjuang akibat menghadapi produsen raksasa dan mahalnya harga pakan,” tuturnya.
Baca Juga: Soal Tarif LRT Jabodebek, Komisi V DPR Masih Merasa Kemahalan!
Selain itu, lonjakan harga telur akan menimbulkan multiplyer effect atau efek domino yang bisa berdampak pada berbagai usaha yang memiliki ketergantungan pada telur sebagai bahan baku.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dapat menyelesaikan akar persoalan lonjakan harga telur, terutama untuk jangka panjang.
“Kebutuhan ini jauh lebih penting dan strategis bagi rakyat, ketimbang menyubsidi perusahaan pemain pasar kendaraan listrik, yang berkedok subsidi untuk konsumen,” tandasnya.