
Pantau.com - Amerika Serikat (AS) kini menjadi episentrum dunia baru bagi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Pasalnya lonjakan angka infeksi di Negeri Paman Sam ini melebihi kasus di China dan Italia.
Lebih dari 83.000 orang dinyatakan positif COVID-19. Angka ini mengalahkan Italia, yang sebelumnya melaporkan kasus kematian terbanyak, dan China, tempat pandemi tersebut berasal.
Jumlah kasus di Italia mencapai 80.539 pasien, adapun China memiliki 81.285 kasus. Dengan demikian, AS menjadi negara teratas dalam jumlah kasus positif COVID-19.
Sejauh ini, jumlah kematian secara global mencapai 23.293. Sedangkan, Amerika telah mencatat 1.178 kematian dan New York menjadi pusat virus di negara tersebut.
Baca juga: AS Mulai Uji Coba Pertama Vaksin Virus Korona
Setiap harinya, panggilan darurat di New York menerima sekitar 6.000 panggilan ke saluran darurat 911. Di mana mayoritas panggilan mencari cara untuk tes virus korona.
"Ini memecahkan rekor. Kami tidak memiliki banyak panggilan pada tragedi 9/11," kata Anthony Almojeria, seorang pemimpin dalam serikat layanan medis darurat, merujuk pada serangan teror 11 September 2001.
"Kami berperang melawan virus ini menggunakan setiap sumber daya keuangan, ilmiah, medis, farmasi, dan militer, untuk menghentikan penyebaran dan melindungi warga kami," ujar Presiden Amerika Serikat Donald Trump, sebagaimana dilansir dari AFP, Jumat (27/3/2020).
Sekitar 40 persen warga Amerika kini di bawah perintah karantina, di mana Trump mendesak warga untuk melakukan bagian mereka dengan mempraktikan physical distancing.
Baca juga: AS Nyatakan Darurat Nasional Virus Korona
"Tetap di rumah. Santai saja, tetap di rumah."
Trump juga telah menginstruksikan jajarannya untuk segera mengirim bantuan ke wilayah-wilayah pandemi. Senat berusaha mengatasi masalah ini dengan mengucurkan dana senilai USD2 triliun, khusus untuk menangani virus korona.
Kendati demikian, Trump bersikeras tidak akan menerapkan lockdown secara menyeluruh di negaranya karena menganggap langkah tersebut berlebihan. Bahkan Trump yakin krisis akibat corona akan berakhir sebelum Paskah yang jatuh pada 12 April.
- Penulis :
- Noor Pratiwi