
Pantau.com - Balai Arkeologi Bali belum lama ini menemukan benda-benda bersejarah di Dusun Tanak Bengan, Desa Tanak Beak dan Dusun Ranjok, Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.
Benda purbakala itu merupakan sisa-sisa budaya yang terkait dengan peristiwa letusan Gunung Api Samalas pada tahun 1257.
Ketua Balai Arkeologi Bali yang membawahi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, I Gusti Made Suarbhawa mengatakan Penemuan ini menggambarkan adanya peradaban cukup maju, antara lain ada beberapa peralatan-peralatan rumah tangga seperti keramik dari Dinasti Tang abad ke-10.
"Penemuan benda bersejarah dengan bahan keramik, logam-logam termasuk emas tersebut memberi indikasi bahwa saat itu peradaban masyarakat Lombok sudah cukup maju," kata Suarbhawa di Mataram, Sabtu (9/6/2018).
Baca juga: Peninggalan Hati Ratu Prancis Abad 16 Hilang Digondol Maling
Suarbhawa menjelaskan penemuan ini menunjukkan masyarakat sudah ada hubungan dan komunikasi dengan dunia luar, karena keramik yang ditemukan itu berasal dari Dinasti Tang di Cina.
"Terdapat korelasi penting yang perlu dikaji lebih lanjut dari penemuan ini untuk menggambarkan peradaban Lombok dari masa ke masa," jelasnya.
Kondisi benda-benda bersejarah yang ditemukan ada yang masih utuh, namun sebagian besar sudah rusak.
"Yang masih utuh itu keramik dari Dinasti Tang," terangnya.
Baca juga: Duh, Ilmuwan Bikin 'Mesin Bunuh Diri' yang Kontroversial
Suarbhawa menyampaikan benda-benda tersebut disimpan masyarakat sekitar. Balai Arkeologi Bali tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil benda bersejarah tersebut. Pihaknya hanya sebatas melakukan penelitian dan mendokumentasikan. Menariknya, banyak masyarakat tidak mengetahui benda tersebut merupakan benda bersejarah.
"Sebelumnya mereka (masyarakat, red) tidak tahu, setelah kita jelaskan baru mereka tahu. Sebelum tahu, lebih banyak larinya ke masalah mistis, kepercayaan dan jimat," ungkapnya.
Menurutnya yang terpenting masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga benda-benda tersebut dengan tidak memperjualbelikan. Karena, bagaimanapun benda-benda tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi.
"Yang perlu dicegah itu, jangan sampai lari ke luar negeri. Itu yang kita khawatirkan, masa kita belajar budaya Lombok dari luar negeri," tandas Suarbhawa.
- Penulis :
- Tommy Adi Wibowo