
Pantau.com - Film Mulan yang diproduksi ulang dalam bentuk live-action mendapat seruan boikot karena adanya ucapan terima kasih khusus kepada lembaga Pemerintah China yang dituding sebagai pelanggar HAM.
Film Mulan semula diproduksi Disney dalam bentuk animasi pada tahun 1998. Kini dibuat dalam versi adaptasi animasi yang dibintangi oleh Liu Yifei. Namun, film adaptasi ini langsung menuai seruan boikot gara-gara salah satu pemainnya secara terbuka mendukung tindakan polisi dalam memberangus aksi pro-demokrasi di Hong Kong.
Mulan mulai ditayangkan dalam layanan streaming berbayar pada awal September ini. Film tersebut mengambil lokasi syuting di Selandia Baru dan China, termasuk di salah satu gurun yang dalam film ini disebut sebagai "China barat laut".
Dilansir Sabtu (12/9/2020), Sutradara film Niki Caro menghabiskan biaya USD200 juta untum film ini. Niki juga pernah mengunggah postingan ke akun medsosnya sebuah foto padang pasir yang menunjuk wilayah di Urumqi, ibukota Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang.
Pemerintah China telah mendapat kecaman luas karena tindakan mereka menahan dan menerapkan pengawasan ketat terhadap warga Uyghur dan kelompok minoritas Muslim lainnya di Xinjiang. Ada dugaan Pemerintah China melakukan sterilisasi paksa terhadap perempuan Uighur, kerja paksa di pabrik, dan tindakan lain yang disebut sebagai genosida budaya.
Baca juga: Gerakan #BoycottMulan Berkembang di Sejumlah Negara
Salah satu klip dari film Mulan menyebut lokasi ini sebagai "China Barat Laut". (Foto: Supplied)
Pemerintah China menyangkal bahwa pusat pelatihan kejuruan yang mereka dirikan bukanlah kamp konsentrasi. Dikatakan bahwa segala tindakan tersebut diperlukan untuk melawan "ekstremisme dan terorisme".
Di akhir film Mulan, di bagian ucapan terima kasih untuk China, tercantum nama Departemen Publisikasi Komite Wilayah Otonomi Uygher Xinjiang serta Biro Keamanan Publik Kota Turpan, yang terletak di timur laut Urumqi.
Pemerintah Amerika Serikat pada Oktober tahun lalu telah mencantumkan Biro Keamanan Publik Kota Turpan ke dalam daftar lembaga di China yang "bertindak menentang kepentingan luar negeri Amerika Serikat".
"Secara khusus, entitas ini telah terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam kampanye penindasan yang dilakukan China, penahanan massal, dan pengawasan berteknologi tinggi terhadap orang Uighur, Kazakh, dan kelompok minoritas Muslim lainnya di Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang," kata Departemen Perdagangan AS dalam sebuah pernyataan.
Direktur Human Rights Watch China, Sophie Richardson yang dihubungi ABC menjelaska ucapan terima kasih khusus tersebut menimbulkan pertanyaan bagaimana Disney bisa terlibat dengan pihak berwenang di Xinjiang.
Sophie mempertanyakan apakah Disney telah mempertimbangkan keterlibatan ini ketika pembicaraan tentang Xinjiang umumnya menyangkut penahanan massal tanpa proses hukum hanya karena etnis dan agama mereka, tentang kerja paksa, penyiksaan dan hilangnya kebebasan beragama.
"Hal terpenting bagi perusahaan mana pun yang memiliki keterlibatan semacam ini yaitu melakukan uji tuntas HAM, sebagaimana dipersyaratkan dalam panduan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang bisnis dan HAM," kata Sophie.
Film Mulan versi animasi dirilis tahun 1998. (Foto: Supplied)
Baca juga: Main Film 'Mulan', Jet Li Buktikan Dirinya Sehat
"Pada titik ini segala jenis kerjasama dengan pihak berwenang di Xinjiang harus menjadi peringatan bagi perusahaan internasional mana pun," katanya. "Disney berkewajiban menjelaskan uji tuntas HAM seperti apa yang mereka lakukan sebelum terlibat dengan pihak berwenang tersebut," tambahnya.
Tahun lalu, tagar #BoycottMulan sempat menjadi trending di platform media sosial Twitter setelah aktris China-Amerika Liu Yifei, pemeran utama perempuan di film ini mengemukakan dukungannya terhadap tindakan polisi memberangus aksi pro-demokrasi di Hong Kong.
Liu Yifei memiliki 66 juta pengikut di platform media sosial China, Weibo. Dia menambahkan tagar "IAlsoSupportTheHongKongPolice" disertai dengan simbol hati.
Di bulan Februari, Yifei tampak melunak dalam menyatakan opininya terkait isu ini saat diwawancarai oleh media Hollywood Reporter. "Saya pikir situasinya jelas sangat rumit dan saya bukan pakar," katanya. "Saya hanya berharap hal ini bisa segera diselesaikan."
Sementara film Mulan hanya ditayangkan secara online di AS dan Australia, namun di negara lain mulai ditayangkan di bioskop seperti di Thailand, Taiwan, Timur Tengah, Singapura dan Malaysia.
Di China sendiri, film garapan sutradara asal Selandia Baru ini akan tayang di bioskop mulai minggu depan. Disney tidak menanggapi pertanyaan dari ABC.
- Penulis :
- Noor Pratiwi