
Pantau.com - Pemerintah Australia telah memotong kuota imigran tahunan mencapai 15 persen dengan beberapa pendatang baru dilarang tinggal di kota-kota besar selama tiga tahun, dalam upaya untuk mengurangi kemacetan di perkotaan, Rabu (20 Maret 2019).
Perdana Menteri Scott Morrison berharap untuk memanfaatkan pemilih yang frustasi saat harga rumah naik dan kemacetan, yang beberapa melihat akibat dari pertumbuhan penduduk.
Baca juga: Pasca Teror Selandia Baru, Turki: Hentikan Gunakan Kata Provokatif
"Ini adalah masalah praktis yang Australia harus tangani," kata Morrison kepada wartawan di Canberra, setelah mengumumkan kuota imigran tahunan akan dipotong hingga 160.000 orang, mulai 1 Juli, yang sebelumnya 190.000 orang.
Perubahan kebijakan itu datang usai tragedi penembakan yang menewaskan setidaknya 50 orang di dua masjid di Kota Christcruch di Selandia Baru.
Seorang warga negara Australia, Brenton Tarrant (28), yang merupakan supermasi kulit putih didakwa dengan pembunuhan lewat serangan mematikan di dua masjid saat Shalat Jumat.
Baca juga: PM Selandia Baru Rombak UU Senjata Pasca Serangan di Christchurch
"Saya sangat frustasi dalam menangani isu-isu program populasi dan imigrasi, perdebatan ini sering dibajak oleh orang-orang yang berusaha mengeksploitasi untuk penyebab lainnya. Saya menolak alasan itu semua," tambah Morrison, seperti dilansir Reuters, Kamis (21/3/2019).
Morrison mengatakan, tempat imigran akan mencakup 23.000 orang yang ke Australia di bawah tampilan visa baru. Ia juga mengatakan, kedatangan tersebut hanya bisa ditinggali secara permanen jika imigran sudah tinggal 3 tahun lamanya di Australia.
Para imigran dilarang tinggal di Melbourne, Perth, Sydney atau di Gold Coast," kata Menteri Imigrasi David Coleman.
- Penulis :
- Noor Pratiwi