Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Badan Imigrasi PBB: Satu Anak Pengungsi Meninggal Setiap Harinya

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Badan Imigrasi PBB: Satu Anak Pengungsi Meninggal Setiap Harinya

Pantau.com - Lembaga migrasi PBB menyebutkan satu anak imigran setiap harinya meninggal dunia sejak lima tahun terakhir, yang terlibat dalam mencari suaka seperti perjalanan ke perbatasan Amerika Serikat yang sangat berisiko.

Dalam laporan terbaru, Fatal Journeys, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) PBB telah merilis temuan yang menyebutkan 1.600 anak-anak yang berusia enam bulan meninggal dunia dalam perjalanan berbahaya sejak 2014.

Melansir AP, Sabtu (29/6/2019), anak-anak itu termasuk dalam 32.000 orang yang meninggal dunia dalam perjalanan mencari suaka, di mana Laut Mediterania menjadi jalur penyebrangan paling berbahaya.

Baca juga: Dua Remaja Honduras Ditemukan Tewas di Perbatasan Amerika-Meksiko

Mediterania dianggap sebagai jalur paling fatal, dengan lebih dari 17.900 orang sekarat di wilayah itu. Jalur berbahaya lainnya adalah dari Libya menuju Italia.

IOM juga menunjukan peningkatan kematian setiap tahunnya di sepanjang perbatasan Amerika Serikat-Meksiko sejak 2014, dengan jumlah lebih dari 1.900 selama lima tahun.

Satu gambar mengenai seorang lelaki dan putrinya, yang masih kecil, yang tenggelam hingga tewas di perbatasan AS-Mexico, melambangkan kegagalan untuk menangani keputus-asaan, kata badan pengungsi PBB.

Baca juga: Potret Migran Tenggelam: Bukti Kegagalan di Perbatasan AS-Meksiko

"UNHCR (Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi) sangat terkejut melihat foto yang menyayat hati mengenai mayat Oscar Alberto Martines Ramirez dan putrinya, yang berusia 23 bulan, Valeria, dari El-Salvador yang hanyut ke pantai Rio Grande," katanya di dalam satu pernyataan, Rabu, 26 Juni 2019.

Komsaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi Filippo Grandi mengatakan, mereka menyambung nyawa sebab mereka tak memperoleh perlindungan yang mestinya diterima berdasarkan hukum internasional.

"Kematian Oscar dan Valeria merupakan kegagalan untuk menangani kerusuhan dan kekecewaan yang mendorong orang melakukan perjalanan menempuh bahaya untuk memperoleh kehidupan yang aman dan bermartabat," kata Grandi di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Reuters.

Penulis :
Noor Pratiwi