Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Cerita Diaspora RI Rogoh Kocek Rp28 Juta per Orang untuk Tiket Pesawat

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Cerita Diaspora RI Rogoh Kocek Rp28 Juta per Orang untuk Tiket Pesawat

Pantau.com - Istilah mudik menjadi begitu spesial bagi warga Indonesia. Selain sudah menjadi tradisi, mudik ke kampung halaman itu ritual untuk berkumpul dengan sanak keluarga. 

Tapi lagi-lagi mudik tentu saja butuh modal ya sobat Pantau. Apalagi saat ini mahalnya harga tiket dan lain-lain harus diperhitungkan kembali. Dikutip VOA, Eva Mazrieva menemui dua diaspora Indonesia yang tahun ini kembali tidak bisa mudik.

"Sebenarnya kepingin yaa mudik. Apalagi sudah 2-3 tahun gak mudik. Tapi mudik khan enggak murah! Dari sini ke sana harga tiket pesawatnya mahal, kita mesti nabung dulu. Terus di sana juga khan paling tidak satu bulan, karena kalau hanya satu minggu khan sayang," jelasnya.

Baca juga: Enak Tinggal di Apartemen atau Indekos? Ini Kata Pekerja di Jakarta

Demikian Maya Tahir Utomo, ibu satu anak yang sudah 25 tahun terakhir menetap di Maryland. Harga tiket pesawat yang mencapai antara 1.500-2.000 dolar atau sekitar Rp21-Rp28 juta rupiah per orang, membuatnya harus berpikir dua kali jika ingin mudik ke Gorontalo, Sulawesi Utara. Terlebih ia harus membeli tiga tiket, untuk dirinya, suami dan putra semata wayang mereka.

Hal senada disampaikan Nana Tegal, yang namanya di Amerika identik dengan makanan khas Jawa.

"Sudah beberapa tahun memang saya tidak mudik, terakhir tahun 2013 ketika ibu saya sakit. Tapi setelah itu kami sekeluarga tidak pernah mudik lagi karena di sini saya harus menjaga ibu mertua yang memang benar-benar harus dirawat dan sudah sepuh. Beliau sudah di sini bersama saya sejak 17 tahun terakhir ini," ujarnya.

Baca juga: Meskipun Salip AS, Sebagian Unicorn Teknologi China Tak Untung

"Kedua, juga alasan biaya Mbak. Jika pulang, kami harus membeli tiket untuk saya, suami dan tiga anak. Belum lagi kalau pulang masa’ enggak bawa apa-apa. Paling tidak saya khan ini bawa cokelat, atau baju lebaran, atau oleh-oleh yang lain yang bikin mereka surprise dengan produk dari Amerika. Ini tentu butuh biaya juga," tambah Nana.

Dengan suara lirih Nana mengungkapnya rasa rindunya pada kakak adiknya yang semuanya perempuan.

"Dulu waktu masih ada kedua orang tua saya dan harus saya datangi, jadi memang kangen," ujar Nana.

rn
Penulis :
Nani Suherni