
Pantau.com - Indonesia sudah mulai mengembangkan pencampuran bahan bakar nabati untuk solar atau Biodisel B20. Kedepannya, program ini bahkan dipastikan akan meningkat menjadi B100.
Namun perkembangan biosolar dengan bahan baku minyak sawit nampaknya masih menjadi masalah. Terutama bagi negara Eropa yang sangat concern dengan perkembangan industri sawit.
Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LlPl, Maxensius Tri Sambodo mengatakan, menurutnya hal ini tidak akan menjadi masalah jika penggunaan bahan baku minyak sawit hanya berasal dari perkebunan sawit yang sudah ada.
Baca juga: Per Hari Ini, Kantong Plastik di Minimarket Tak Gratis!
"Harusnya untuk menjaga lingkungan dari yang ada aja jangan ekspansi dari hutan-hutan baru, dari yang ada aja, daripada demi biofuel kita babat hutan; enggak tapi dari eksisting kita kembangkan," ujarnya saat ditemui dalam sebuah diskusi di Media Center LIPI, Jakarta Selatan, Jumat (1/3/2019).
Meski bahan bakar nabati bukan satu-satunya cara menciptakan energi batu namun menurutnya suplai bahan baku di Indonesia sudah cukup besar.
"Saya kira, sebetulnya biofuel not the best option, tetapi kita punya potensi sudah banyak," ungkapnya.
Baca juga: FYI, PLTS Rooftop Rumah Dinas Jonan Hemat Listrik Rp1,4 Juta per Bulan
Saat ini kata dia, dengan penerapan B20 membuat prospek biofuel di sektor transportasi melesat. Ditambah lagi menurutnya, kedepan Indonesia akan terkonsentrasi dengan penggunaan dua energi di sektor transportasi.
"Prospek bagus biofuel penggunaan di sektor transportasi melesat jadi kedepan enegri di sektor tafpostaei terkonsentrasi dua biofuel dan listrik," pungkasnya.
rn- Penulis :
- Nani Suherni