Pantau Flash
HOME  ⁄  Olahraga

Keyakinan Carolina Marin Gondol (Lagi) Gelar Olimpiade

Oleh Tatang Adhiwidharta
SHARE   :

Keyakinan Carolina Marin Gondol (Lagi) Gelar Olimpiade

Pantau.com - Atlet bulu tangkis asal Spanyol, Carolina Marin, telah menempuh perjalanan panjang untuk bisa keluar sebagai juara Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Kendati sudah mengoleksi gelar juara dunia, ia masih haus akan prestasi dan gelar juara untuk menjadi yang terbaik.

Pada bulan Agustus 2018, Marin menjadi pemain wanita pertama yang memenangkan juara ketiganya di Kejuaraan Dunia setelah ia mengalahkan Pusarla Sindhu (India) pada final yang digelar di Nanjing Youth Olympic Games Sports Park Arena, Nanjing, China 21-19 dan 21-10.

Dengan ini, ia menambah medali emas yang sudah ia peroleh sebelumnya dari 2014 dan 2015, dan menjadi satu-satunya wakil Eropa yang berhasil naik podium pertama dengan jumlah gelar juara dunia lebih dari dua.

Bukan hanya itu, Marin ingin menjadi seperti legenda bulu tangkis Lin Dan. Dimana atlet asal China itu telah memenangkan dua medali emas tunggal putra Olimpiade dan lima mahkota kejuaraan dunia, bahkan ia di kenal sebagai pemain shuttler terbesar.

"Yah saya ingin menjadi pemain terbaik dalam sejarah bulu tangkis. Sangat mudah untuk mengatakannya tetapi saya tahu itu akan sangat, sangat sulit. Saya siap melakukan apa saja untuk bisa mendapatkannya,” ujar Marin seperti yang dikutip dari Reuters, Rabu 26 Desember 2018.

Baca Juga: Legenda Bulu Tangkis Malaysia Absen di Indonesia Masters 2019

Atlet berusia 25 tahun itu merasa percaya diri dengan mengatakan dirinya ingin bisa memenangkan beberapa lagi Kejuraan Dunia.  "Saya ingin memenangkan satu lagi Olimpiade dan minimum dua kejuaraan dunia lagi,” tambahnya.

Dijuluki Rafa Nadal dari bulu tangkis di Spanyol karena kegigihan dan permainan tangan kiri yang sengit, Marin mampu mengakhiri hegemoni Asia di Olimpiade 2016 ketika ia mampu mengalahkan Sindhu di final Rio 2016. Bahkan ia mengamankan kemenangan gelar Eropa pertama dalam 20 tahun yang telah berlangsung dari tahun 1992 itu.

"Badminton tidak begitu populer di Spanyol. Saya hanya bermain bulu tangkis seperti hobi, saya tidak terlalu berpikir untuk menjadi juara dunia. Ketika saya pindah ke pusat nasional ketika berusia 14 tahun, maka saya mulai berpikir tentang apa yang saya inginkan, saya hanya ingin menjadi yang terbaik di dunia,” paparnya.

"Mungkin saya tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata, tidak mungkin untuk menjelaskan. Saya harus berusaha keras untuk membuat mimpi menjadi kenyataan, saya harus membuat begitu banyak pengorbanan. Itu benar-benar sangat sulit,” tuntasnya.

Penulis :
Tatang Adhiwidharta