
Pantau.com - Rupiah kembali mengalami tekanan. Dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diakses Kamis, (4/10/2018) kurs rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat telah mencapai Rp 15.133 per Dolar AS.
Kementerian Keuangan mengungkapkan yang diantisipasi oleh pemerintah adalah terkait dampak terhadap Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN)
"Kita memonitor rupiah tentu karena ada beberapa konsekuensi, impact terhadap APBN," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Suahasil Nazara, Jakarta Pusat, Kamis (4/10/2018).
Baca juga: Banyak yang 'Galau' Soal Rupiah, Bank Indonesia Unggah Data
Kendati demikian kata dia, dampaknya terhadap APBN sudah sering disebutkan, setiap rupiah mengalami pelemahan, pendapatan menjadi meningkat dan engeluaran juga meningkat.
"Tapi efek selanjutnya adalah pendapatan meningkat lebih tinggi dari pengeluaran," ungkapnya.
Jadi kata dia dampak yang timbul masih bisa diatur. Ia menambahkan, selain berdampak pada anggaran, kenaikkan kurs dolar juga akan berdampak pada ekspor yang diprediksi bakal lebih kompetitif.
"Itu ada dampaknya terhadap ekspor. Biasanya secara teoritis yang biasa disebutkan jika rupiah mengalami pelemahan maka eskpor kita akan lebih kompetitif," ungkapnya.
Baca juga: Singgung Krisis 97-98, Gubernur BI Sebut Indonesia Banyak Berubah
Namun disaat yang sama impor juga semakin melebar. Hal ini harus kata sudah diperhitungkan terutama terkait impor barang baku dan barang konsumsi yang akan turut terkerek.
"Nah saat impor barang modal semakin melebar maka itu artinya infrastruktur juga semakin meluas jadi kita melihat dampak itu tapi kita meyakini bank Indonesia mampu me-manage stabilitas rupiah," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni