
Pantau.com - Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyatakan China bertanggung jawab atas noda abadi abad ini terkait Hak Asasi Manusia (HAM) atas penahanan massal Muslim Uighur.
Berbicara di sebuah konferensi kebebasan beragama internasional yang ia adakan di AS, Pompeo mengecam China atas penahanan besar-besaran di wilayah Xinjiang barat, di mana sekitar 1 juta Muslim Uighur, Kazakh dan minoritas lainnya diyakini ditahan di kamp-kamp interniran.
Para pejabat China menggambarkan kamp-kamp itu sebagai pusat pelatihan kejuruan dan mengatakan mereka perlu untuk mengekang ekstremisme agama.
Baca juga: Taiwan Habis 814 Juta Dolar AS untuk Misi Luar Angkasa, China Meradang Lagi
Dikutip dari The Guardian, Jumat (19/7/2019), Pompeo yang merupakan seorang Kristen evangelis, selalu menyampaikan dalam kebebasan beragama. Namun kritik terkait adminsitrasi Donald Trump dipertanyakan.
Untuk diketahui, Konferensi itu diadakan hanya beberapa hari setelah Komite Penyelamatan Internasional dan badan pengungsi PBB memperingatkan bahwa pengurangan administrasi dalam penerimaan pengungsi dan pencari suaka membuat banyak orang termasuk kaum minoritas terkena imbas.
Baca juga: Begini Jawaban China atas Penjualan Senjata AS ke Taiwan
Dalam sebuah laporan yang dirilis pada malam konferensi, China mengatakan bahwa sejauh ini, pemerintah telah memangkas penerimaan orang Kristen Iran sebesar 97 persen, Kristen Irak sebesar 96 persen, Irak dan Suriah Yazidis sebesar 97 persen dan Muslim Rohingya dari Myanmar oleh 77 persen, dibandingkan dengan tahun pengeluaran pemerintah terakhir pemerintahan Obama.
"Pemerintahan Trump tidak dapat mendukung dunia untuk melindungi minoritas agama dalam satu nafas, sementara secara substansial memotong perlindungannya sendiri untuk kelompok-kelompok ini di kemudian hari," kata Nazanin Ash, wakil presiden China untuk kebijakan dan advokasi global.
- Penulis :
- Widji Ananta