Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Skema Belt and Road Buatan China, AS Masih Ogah Bergabung

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Skema Belt and Road Buatan China, AS Masih Ogah Bergabung

Pantau.com - Skema Belt and Road buatan China akan membuka peluang pengembangan bagi negera yang masih berstatus Negara Berkembang. Hal ini tentu membuka pintu bagi China semakin terdepan dalam perekonomian dunia.

"Sesuai dengan kebutuhan untuk pembukaan lebih lanjut, (kami) akan meningkatkan undang-undang dan peraturan, mengatur perilaku pemerintah di semua tingkatan dalam perizinan administratif, pengawasan pasar dan bidang lainnya, dan membersihkan dan menghapuskan peraturan, subsidi dan praktik yang tidak masuk akal yang menghalangi persaingan yang sehat dan mendistorsi pasar," kata Presiden China, Xi Jinping seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Miliki Energi Panas Bumi, Sri Mulyani: Indonesia Terbesar di Dunia

Xi berjanji untuk secara signifikan mempersingkat daftar negatif untuk investasi asing, dan memungkinkan perusahaan asing mengambil saham mayoritas atau mendirikan perusahaan yang sepenuhnya dimiliki di lebih banyak sektor. Tarif akan lebih rendah dan hambatan non-tarif akan dihilangkan, Xi menambahkan.

China juga bertujuan untuk mengimpor lebih banyak layanan dan barang, dan bersedia mengimpor produk dan layanan pertanian yang kompetitif untuk mencapai neraca perdagangan.

"China akan memperkuat koordinasi kebijakan ekonomi makro dengan ekonomi utama di dunia dan berusaha untuk menciptakan efek limpahan positif untuk mempromosikan pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif untuk ekonomi dunia," kata Xi.

Baca juga: Ketinggalan Promo Pemilu? Tenang, Ada Diskon 50 Persen di May Day Nih

Para pemimpin yang berkunjung termasuk Vladimir Putin dari Rusia, serta Perdana Menteri Imran Khan dari Pakistan, sekutu dekat China dan di antara penerima terbesar investasi Belt and Road, dan Perdana Menteri Giuseppe Conte dari Italia, yang baru-baru ini menjadi negara G7 pertama yang menandatangani untuk inisiatif.

Khan mengatakan pada KTT itu bahwa di dunia yang penuh ketidakpastian, inisiatif ini menawarkan "model kolaborasi, kemitraan, konektivitas, dan kemakmuran bersama".

Perdana Menteri Kamboja Hun Sen secara langsung berbicara kepada para kritikus yang menggambarkan Belt and Road sebagai jebakan hutang dengan menunjuk contoh sukses jalan raya yang didanai Tiongkok antara Phnom Penh dan kota pelabuhan Sihanoukville.

Baca juga: Tiket Pesawat Mahal Tak Berujung, Menko Darmin Turun Tangan

"Kamboja tidak hanya mampu merencanakan proyek ini untuk kepentingan rakyat, tetapi juga mencapai rekayasa keuangan yang tidak meningkatkan utang publik kepada negara," katanya,

Amerika Serikat, yang belum bergabung dengan Belt and Road, diperkirakan hanya akan mengirim pejabat tingkat rendah, dan tidak seorang pun dari Washington.

"Kami terus memiliki keprihatinan serius bahwa kegiatan diplomasi infrastruktur China mengabaikan atau melemahkan standar internasional dan praktik terbaik yang terkait dengan pengembangan, perlindungan tenaga kerja, dan perlindungan lingkungan," kata juru bicara Kedutaan Besar AS di Beijing.

Penulis :
Nani Suherni