
Pantau - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diprediksi berdampak pada inflasi tajam di sejumlah daerah menyusul meningkatnya tarif angkutan barang dan produksi di hulu hingga hilir.
Prediksi Bank Indonesia (BI) ini juga menyebutkan inflasi ini masih bisa dikendalikan asalkan gejolak harga pangan mampu diredam. Deputi Kepala BI Cabang Kediri, Wihujeng Ayu Rengganis mengatakan, kondisi ini bisa dikendalikan jika inflasi pada sektor pangan tetap dijaga.
"Kenaikan barang ini merupakan 'multipalyer effect' dari kenaikan biaya angkutan kendaraan bermotor," katanya saat mengikuti rapat koordinasi pengendalian inflasi bersama Forkopimda Kabupaten Tulungagung di pendopo Kongas Arum Kusumaningbongso, Tulungagung, Kamis (8/9/2022).
Ia mengungkapkan. tarif kendaraan bermotor atau angkutan barang juga ikut merangkak naik pascakenaikan BBM dalam sepekan terakhir.
"(Inflasi) Pasti naik, karena dari BBM sudah tinggi. Tapi tentu kita semua berharap tidak terlalu tinggi dengan berbagai program dari pemerintah," katanya.
Dari perkiraan yang dilakukan, hingga akhir tahun inflasi di Kediri dan sekitarnya mencapai di kisaran 6 hingga 8 persen. Angka ini diambil dari data historis perkembangan inflasi di wilayah Kediri dan sekitarnya, termasuk Tulungagung.
"Semoga tetap aman. Itu dengan asumsi gejolak pangan terjaga (stabil)," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Tulungagung Maryoto Birowo memastikan kenaikan harga BBM yang pasti memicu inflasi segera antisipasi dengan melakukan berbagai program pengendalian.
"Percepatan khususnya di bidang pangan harus distabilkan," katanya.
Maryoto mengatakan, tidak hanya sosial semata, langkah serupa dilakukan untuk masalah keamanan, ketertiban, kesehatan, dan ekonomi. Kendati saat ini kenaikan harga sembako belum terjadi, Maryoto tak memungkiri jika kenaikan harga BBM bakal memicu kenaikan inflasi.
"Jangan sampai masyarakat ini terpancing oleh isu,” katanya.
Pemerintah secara resmi menyesuaikan harga BBM pada Sabtu (3/9/22). Harga BBM bersubsidi jenis pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter.
Prediksi Bank Indonesia (BI) ini juga menyebutkan inflasi ini masih bisa dikendalikan asalkan gejolak harga pangan mampu diredam. Deputi Kepala BI Cabang Kediri, Wihujeng Ayu Rengganis mengatakan, kondisi ini bisa dikendalikan jika inflasi pada sektor pangan tetap dijaga.
"Kenaikan barang ini merupakan 'multipalyer effect' dari kenaikan biaya angkutan kendaraan bermotor," katanya saat mengikuti rapat koordinasi pengendalian inflasi bersama Forkopimda Kabupaten Tulungagung di pendopo Kongas Arum Kusumaningbongso, Tulungagung, Kamis (8/9/2022).
Ia mengungkapkan. tarif kendaraan bermotor atau angkutan barang juga ikut merangkak naik pascakenaikan BBM dalam sepekan terakhir.
"(Inflasi) Pasti naik, karena dari BBM sudah tinggi. Tapi tentu kita semua berharap tidak terlalu tinggi dengan berbagai program dari pemerintah," katanya.
Dari perkiraan yang dilakukan, hingga akhir tahun inflasi di Kediri dan sekitarnya mencapai di kisaran 6 hingga 8 persen. Angka ini diambil dari data historis perkembangan inflasi di wilayah Kediri dan sekitarnya, termasuk Tulungagung.
"Semoga tetap aman. Itu dengan asumsi gejolak pangan terjaga (stabil)," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Tulungagung Maryoto Birowo memastikan kenaikan harga BBM yang pasti memicu inflasi segera antisipasi dengan melakukan berbagai program pengendalian.
"Percepatan khususnya di bidang pangan harus distabilkan," katanya.
Maryoto mengatakan, tidak hanya sosial semata, langkah serupa dilakukan untuk masalah keamanan, ketertiban, kesehatan, dan ekonomi. Kendati saat ini kenaikan harga sembako belum terjadi, Maryoto tak memungkiri jika kenaikan harga BBM bakal memicu kenaikan inflasi.
"Jangan sampai masyarakat ini terpancing oleh isu,” katanya.
Pemerintah secara resmi menyesuaikan harga BBM pada Sabtu (3/9/22). Harga BBM bersubsidi jenis pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter.
- Penulis :
- khaliedmalvino