
Pantau.com - Bank Indonesia mencatat dana asing yang keluar (capital outflow) hingga semester I-2018, sebesar USD 1,1 miliar atau Rp15,95 triliun (kurs Rp14.500 perdolar AS. Penyebabnya yakni defisit transaksi berjalan yang terjadi di Indonesia diduga menjadi penyebab utama penanam modal asing enggan berinvestasi di Indonesia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara defisit yang terjadi tersebut yang membuat penanam modal asing (PMA) pada semester I-2018 sedikit melambat jika dibandingkan semester I-2017.
"Tetapi sisi positifnya dari pemerintah terus melakukan upaya mengundang PMA masuk ke Indonesia, termasuk terkahir juga dengan OSS (penerbitan izin usaha berintegrasi)," ujarnya saat pemaparan di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (10/9/2018).
Baca juga: Dihadapan Dewan, Sri Mulyani Ungkap Dampak Pelemahan Rupiah terhadap APBN
Lebih lanjut pihaknya mencatat, defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) sampai dengan semester I-2018 telah mencapai 2,6 persen dari PDB. Sementara, jika dibandingkan transaksi berjalan pada 2016 dan 2017, masing-masing adalah USD 17 miliar dan USD 17,3 miliar.
"Dimana saat itu defisit didanai dari investasi langsung sebesar USD16,1 miliar pada 2016 dan USD19,4 miliar pada 2017, kemudian pada 2016 investasi portofolio menerima sebesar USD19 miliar dan pada 2017 USD20,6 miliar," paparnya.
Mirza mengatakan, pada dua tahun tersebut ada dana keluar untuk pembayaran utang luar negeri sebesar USD5,8 miliar dan USD10,8 miliar.
"Sehingga net transaksi modal dan financial sebesar USD29 miliar bisa menutup defisit yang USD17 miliar," katanya.
Baca juga: Negara Ratu Elizabeth Juga Terkena Dampak Pelemahan Mata Uang
Sementara untuk tahun ini, CAD hingga semester I-2018 sebesar USD13,7 miliar. Sedangkan, transaksi modal dan financial hanya memperoleh USD6,5 miliar.
"Jadi, USD13,7 miliar hanya bisa ditutup USD6,5 miliar, yaitu berasal dari investasi langsung sebesar USD2,9 miliar ditambah USD2,5 miliar atau USD5,4 miliar, dan invetasi portofolionya yang ada minus. Net investasi portofolio adalah keluar atau outflow sekitar USD1,1 miliar," ungkapnya.
Lebih lanjut menurutnya, investasi portofolio yang diperkirakan masuk, tidak sebesar 2017 dan 2016. Pada semester I-2018 mengalami negatif.
"Mungkin yang dilihat investor titik lemah kita CAD ini ternyata melonjak cukup besar. Kalau tahun lalu full year US$17,3 miliar, sekearang di semester I-2018 US$3,7 miliar. Nah ini yang memang harus dikendalikan," tuturnya.
Kendati demikian pihaknya bersama Pemerintah terus berupaya menekan CAD dengan berbagai upaya diantaranya, menunda beberapa proyek infrastruktur hingga implementasi penggunaan B20 yang menurutnya, disambut positif oleh investor.
"Tapi tentu, investor akan lihat implementasi dan realisasi terkait hal ini," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni