
Pantau - Salah satu entitas grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) buka-bukaan soal rincian ringkasan laporan keuangan konsolidasian perseroan per September 2023 alias kuartal III-2023. Laporan itu disebutkan sudah mengalami audit terbatas.
Itu juga telah mengonsolidasikan PT Kaltim Prima Coal (KPC) untuk kepentingan investor. Sedangkan laporan keuangan Bumi Resources sebelumnya sesuai PSAK 66 yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), baru mengonsolidasikan PT Arutmin Indonesia atau tanpa KPC.
"Penurunan drastis pendapatan per September 2023 dipicu harga batu bara yang turun tajam dibandingkan patokan harga tahun lalu, ketidakpastian pasar batu bara, serta situasi dan kondisi geopolitik dan ekonomi global," jelas Dileep Srivastava, Director & Corporate Secretary PT Bumi Resources Tbk Bumi Resources dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (4/12/2023).
Bumi Resources mengantongi pendapatan sebesar US$4,76 miliar selama periode Januari-September 2023. Angka itu turun 24 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$6,25 miliar. Beban pokok pendapatan turun 2 persen menjadi US$4,32 miliar dari US$4,42 miliar.
Begitu juga dengan laba bruto yang tergerus 76 persen menjadi US$438,8 juta dari US$1,83 miliar. Beban usaha berkurang 14 persen menjadi US$173,1 juta dari US$201,9 juta. Laba usaha terpangkas 84 persen menjadi US$265,7 juta dari US$1,63 miliar. Sedangkan margin usaha anjlok menjadi 5,6 persen dari 26,2 persen.
Selanjutnya, laba sebelum pajak terkikis 85 persen menjadi US$225,6 juta dari US$1,46 miliar. Total laba neto turun 82 persen menjadi US$147,4 juta dari US$819,2 juta.
Nasib serupa dengan total laba tahun berjalan dan dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang turun 84 persen menjadi US$58,3 juta dari US$365,5 juta.
Emiten berkode saham BUMI itu telah membayar royalti sebesar 32 persen dari pendapatan, pajak, subsidi harga domestik, tingginya harga bahan bakar, tingginya persediaan dan produksi di India, China, dan Indonesia.
"Kendati produksi dan penjualan meningkat 5 persen dari tahun lalu, harga batu bara yang anjlok 28 persen berdampak signifikan pada kondisi pasar batu bara yang bergejolak," jelas Dileep.
Sedangkan overburden removal naik 20 persen menjadi 571,2 mbcm dari 475,5 mbcm.
Sebagai informasi, kegiatan overburden removal berawal dari proses blasting di area tambang lalu diangkutlah material batu yang disebut overburden menggunakan alat gali excavator sebelum diangkut menggunakan alat berat menuju area pembuangan.
Lebih lanjut manajemen BUMI mengungkapkan, penjualan yang meningkat ternetralisir oleh penurunan realisasi harga batu bara sebesar 28 persen menjadi US$85,2 per ton dibandingkan US$118,7 per ton.
"Prioritas BUMI tetap konsisten memenuhi kewajiban DMO (Domestic Market Obligation). Sedangkan optimisasi biaya, digitalisasi, bauran energi yang akan dikerjakan, dan upaya untuk mengerjakan bauran energi, menyesuaikan produksi dengan kebutuhan pasar dan inventori yang rendah guna mengoptimalkan modal kerja menjadi prioritas utama perseroan saat ini," papar Dileep.
Tahun ini, BUMI menargetkan volume 75-80 metrik ton (MT) batu bara dengan harga jual rata-rata US$80-90 per ton, dan biaya kas produksi US$55-60 per ton.
Di atas semua itu, perseroan mengungkapkan rencana untuk menggelar Paparan Publik Tahunan pada Rabu (6/12/2023) 2023 secara daring pukul 10.00 WIB.
- Penulis :
- Ahmad Munjin