Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Rupiah Loyo di Tengah Inflasi AS yang Nyaris Stagnan

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Rupiah Loyo di Tengah Inflasi AS yang Nyaris Stagnan
Foto: Petugas menunjukkan uang rupiah. (Antara/Akhmad Nazaruddin Latief)

Pantau - Data PCE Deflator Amerika Serikat (AS) menunjukkan perkembangan disinflasi, alias inflasi yang stagnan di AS. Imbasnya, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin (29/4/2024) melemah.

Pada awal perdagangan, rupiah turun 30 poin atau 0,19 persen menjadi Rp16.240 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.210 per dolar AS. 

"PCE Deflator AS naik ke level 2,7 persen year on year (yoy) dari 2,5 persen yoy, lebih tinggi dari ekspektasi 2,6 persen yoy," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta, Senin (29/4/2024).

Selain itu, data PCE Deflator yang meningkat didorong oleh PCE Core Deflator yang tercatat sebesar 2,7 persen yoy, lebih tinggi dari estimasi sebesar 2,6 persen yoy. 

Data PCE Deflator tersebut mencerminkan bahwa perkembangan disinflasi cenderung melambat, sehingga mendukung ekspektasi bank sentral AS atau The Fed untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. 

Saat ini, pasar hanya memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada 2024. 

Pada pekan ini, The Fed akan mengadakan pertemuan Federal Open Meeting Committee (FOMC) pada 30 April 2024 dan 1 Mei-24 Mei 2024.

Investor akan menunggu untuk melihat lebih banyak petunjuk dan sinyal kebijakan moneter The Fed untuk tahun 2024. 

Josua memprediksi pada perdagangan hari ini rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp16.175 per dolar AS hingga Rp16.275 per dolar AS.

Penulis :
Ahmad Munjin
Editor :
Fadly Zikry