
Pantau - Surplus neraca perdagangan Indonesia yang berlanjut terbukti gagal menjadi katalis positif pada nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (15/10/2024).
Lihat saja, pada akhir perdagangan Selasa, rupiah turun 23 poin atau 0,15 persen menjadi Rp15.589 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.566 per dolar AS.
Surplus neraca perdagangan meningkat didorong oleh kontraksi kinerja impor bulanan yang lebih dalam dibandingkan dengan ekspor.
Demikian kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta, Selasa (15/10/2024).
Baca juga: Perkiraan Fed Lebih Konservatif Pangkas FFR, Rupiah Bertahan di Zona Hijau
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar 3,26 miliar dolar AS, naik 0,48 miliar dibanding bulan sebelumnya atau bertahan selama 53 bulan sejak Mei 2020.
Kondisi surplus ini ditopang oleh komoditas non migas sebesar 4,62 miliar dolar AS. Adapun komoditas yang memberikan surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati serta besi dan baja.
Di saat yang sama, komoditas migas Indonesia mencatatkan defisit sebesar 1,36 miliar dolar AS. Defisit tersebut disumbang oleh komoditas hasil minyak dan minyak mentah.
Dari sisi eksternal, pernyataan dari beberapa pejabat bank sentral Amerika Serikat atau Fed mengafirmasi arah pemangkasan suku bunga kebijakan Fed yang cenderung moderat.
Baca juga: Analis Pede Proyeksi Perekonomian RI yang Solid Kokohkan Rupiah
Gubernur Fed, Christopher Waller, mengatakan mempertimbangkan data ekonomi AS saat ini, Fed perlu mengarahkan jalur pemangkasan suku bunga dengan urgensi yang lebih rendah.
Selain itu, Waller juga berpendapat bahwa stance Fed cenderung netral dengan langkah yang gradual.
Senada dengan Waller, pejabat Fed lainnya, Neel Kashkari, juga berpendapat bahwa Fed mungkin melanjutkan pemangkasan “lebih moderat” untuk kuartal berikutnya.
Kedua pernyataan tersebut menegaskan kembali bahwa Fed tidak akan memangkas suku bunga Fed Funds Rate (FFR) secara agresif ke depannya pada 2024 dan 2025. Akibatnya, permintaan dolar AS meningkat, dan mendorong pelemahan mata uang global.
Sementara Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menguat ke level Rp15.555 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.581 per dolar AS.
Baca juga: Perlambatan Inflasi AS Bantu Nilai Tukar Rupiah Melaju di Zona Hijau
- Penulis :
- Ahmad Munjin