
Pantau.com - Kalian sudah tahu belum kalau pohon sawit yang ada di Indonesia usainya sudah mencapai 28 tahun? ibarat manusia sudah tak muda lagi ya sobat Pantau.
Oleh sebab itu, Kementerian Pertanian merencana melakukan peremajaan perkebunan sawit milik rakyat. Targetnya tahun 2018 lahan seluas 185.000 hektare akan diterbitkan rekomtek. Untuk bulan Oktober, Kementan sudah terbitkan rekomtek 42.950 hektare.
Lebih lanjut, petani sudah yakin dan berlomba setelah pembayaran rekomendasi teknis pada 2017 sebesar Rp356 miliar dicairkan.
"Rekomtek untuk 2017 sudah dibayarkan September 2018 (seluas 14.792 hektare). Kami terbantu setelah realisasi pembayaran di Oktober," katanya.
Baca juga: Wow! Pengobatan Dokter Terawan Dirancang Jadi Medical Tourism, Kerek Devisa Nih
Sementara, untuk rekomendasi teknis 185.000 hektare sudah tercapai. Ia memastikan lembaga dan pemda sudah mendukung tidak akan kendala lagi untuk menerbitkan rekomendasi teknis.
Pasalnya petani takut kalau sudah meremajakan kebun tapi pencairan dana harus tersendat. Faktor lain, kata Bambang, petani masih belum tertarik dengan bantuan dana peremajaan sebesar Rp25 juta per hektare karena dianggap terlalu kecil untuk menggarap lahan sekaligus memenuhi kebutuhan selama periode tidak berproduksi.
"Mereka masih bersikukuh tetap percaya pada pohon dari benih asalan meski cuma menghasilkan 1-2 TBS. maka seiring proses replanting kami wajibkan petani untuk juga tanam jagung lewat tumpang sari," ucap Bambang.
Baca juga: Satu Lagi Nih, Mobil Listrik Produksi Anak Bangsa
Oleh karena itu, Kementan memberikan benih jagung gratis untuk lahan replanting. Menurut bambang, kombinasi antara peremajaan sawit rakyat dengan jagung ini diyakini mampu mendorong optimalisasi lahan pertanian produktif, dengan model tumpang sari ini petani malah punya penghasilan yang tinggi dibanding sawit.
"Sebab penghambatnya sudah terbuka, kami dorong peremajaan karena persyaratanyan lebih flexible, sekaligus wajib tanam jagung. Benih jagungnya kami alokasikan gratis, agar petani tetap berpenghasilan" pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni