
Pantau – Busa Efek Indonesia (BEI) terus melakukan sosialisasi produk Single Stock Futures (SSF). Itu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman investor di pasar modal Indonesia.
Pengembangan SSF diklaim sebagai bentuk upaya BEI dalam mengikuti perkembangan bursa dan tren investasi di tingkat global.
Produk ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pasar dan memberi pilihan investasi yang lebih beragam sehingga investor dapat menerapkan strategi investasi yang lebih kompleks.
Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengungkapkan hal itu di Jakarta, Kamis (5/12/2024).
Baca juga: Horee..! BEI Sebut Investor Bisa Beli Saham ‘Big Caps’ Modal di Bawah Rp50 Ribu
Menurut dia, peluncuran SSF dilakukan dalam rangka memperluas alternatif produk investasi yang lebih terjangkau dan mudah diakses. Itu terutama bagi investor ritel yang ingin mendapatkan eksposur pada saham perusahaan besar dengan modal yang lebih kecil.
Sebagai produk derivatif, SSF menawarkan berbagai manfaat yang dapat dinikmati oleh para investor. Salah satunya, modal transaksi yang lebih rendah dari saham.
Hanya dengan dana mulai dari 4 persen dari nilai transaksi saham, investor sudah dapat bertransaksi SSF yang setara dengan nilai 1 lot saham.
SSF juga memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan baik saat harga saham naik maupun turun.
“Mekanisme perdagangan SSF yang relatif mirip dengan saham, yang sudah dikenal baik oleh para investor, serta adanya penjaminan dari PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) memungkinkan transaksi SSF dilakukan oleh investor dengan mudah dan aman,” ujar Jeffrey.
Baca juga: Jadi Pendatang Baru di BEI, Saham Adaro Andalan Dibuka Meroket 19,82 Persen
Untuk memastikan edukasi dan pemahaman investor terkait produk SSF, BEI senantiasa aktif melakukan edukasi dan sosialisasi secara langsung ke berbagai daerah, baik melalui daring maupun luring.
Ke depan, lanjut dia, BEI akan terus melakukan kegiatan edukasi dalam rangka meningkatkan awareness dan knowledge terkait produk SSF bagi para investor.
“Pada tahun ini kami telah melakukan Sekolah Pasar Modal (SPM) online di berbagai kantor perwakilan, serta melakukan roadshow sosialisasi produk ke berbagai kota, seperti Bandung, Bali, Pontianak, Surabaya dan Palembang bersama Anggota Bursa (AB),” ujar Jeffrey.
Melalui edukasi dan sosialisasi, Ia berharap investor pasar modal mulai memanfaatkan SSF untuk mengoptimalkan keuntungan portofolio dan meningkatkan likuiditas di pasar modal Indonesia.
Selain itu, pihaknya mengajak para Anggota Bursa (AB) yang belum menjadi AB derivatif untuk berpartisipasi dalam meramaikan perdagangan produk derivatif di Bursa.
Namun demikian, ia mengakui adanya sejumlah tantangan dalam mengembangkan produk baru, terutama produk derivatif, di antaranya adopsi dan partisipasi pasar, seiring investor pasar modal perlu mendapat pemahaman dan literasi yang memadai agar bisa mulai memanfaatkan SSF.
“Untungnya, SSF memiliki kemiripan dengan saham dari sisi mekanisme jual dan beli, sehingga diharapkan adopsi produk ini lebih cepat bagi investor yang sudah terbiasa berinvestasi saham,” imbuh Jeffrey.
- Penulis :
- Ahmad Munjin