Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Punya Niat Investasi Emas? Ini Penerawangan Tren Harga di Tahun Sio Ular Kayu

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Punya Niat Investasi Emas? Ini Penerawangan Tren Harga di Tahun Sio Ular Kayu
Foto: Ilustrasi - Emas batangan. (iStockphoto.com)

Pantau – Jika kamu punya niatan untuk investasi emas, itu terhitung tepat. Sebab, harga emas global diproyeksikan terus meningkat pada tahun mendatang, terutama 2025 yang bersio ular kayu. 

Potensi penguatan tersebut, salah satunya didorong oleh permintaan tinggi dari sejumlah bank sentral. Begitu juga dengan faktor ketidakstabilan geopolitik, dan potensi pelemahan dolar Amerika Setikat (AS). 

Proyeksi 3 Lembaga Investasi

Mengutip Bloomberg News, Senin (9/12/2024), berikut adalah ringkasan prediksi dari tiga lembaga investasi dunia mengenai harga emas di tahun depan:

1. Goldman Sachs

Pada 2025, Goldman Sachs memprediksi harga emas bisa mencapai 3.000 dolar AS per troy ounce. "Pilihlah emas," kata para analis, termasuk Daan Struyven dalam catatannya, seraya menegaskan kembali target 3.000 dolar AS per troy ounce pada Desember 2025. 

Baca juga: Harga Emas Hari Ini Bertengger di Rp1,514 Juta setelah Turun Rp8.000 per Gram

Itu didasarkan pada permintaan emas fisik dari bank sentral yang terus meningkat sebagai langkah diversifikasi aset. Belum lagi dengan peningkatan pembelian dari sektor resmi, dan peralihan The Fed ke kebijakan yang lebih longgar. 

Menurut Goldman, Presiden Trump bisa mendorong penguatan harga emas batangan.

Para analis itu mengatakan, peningkatan ketegangan perdagangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bisa menghidupkan kembali posisi spekulatif dalam emas.

Begitu juga dengan meningkatnya kekhawatiran atas keberlanjutan fiskal AS yang dapat membantu harga emas. Bank sentral, terutama yang memiliki cadangan Treasury AS dalam jumlah besar, bisa memilih untuk membeli lebih banyak logam mulia.

Baca juga: Cek Yuk Harga Emas Hari Ini yang Naik Rp9.000 per Gram

2. UBS Group AG

Selain Goldman, UBS Group AG juga memproyeksikan harga emas global akan naik ke level 2.900 dolar AS per troy ounce pada akhir tahun depan.

Akan tetapi, analis UBS, termasuk Levi Spry dan Lachlan Shaw, dalam catatan riset memproyeksikan akan adanya periode kounceolidasi pada harga emas lantaran dolar yang lebih kuat. Selain itu, ada kekhawatiran atas potensi lebih banyak stimulus fiskal AS yang yang akan menyebabkan kenaikan suku bunga sebelum harga logam mulia ini mulai naik lagi. 

Bullion, istilah yang merujuk pada emas, perak, atau logam mulia lainnya yang berbentuk batangan, ingot, atau koin, diramalkan akan naik lebih lanjut, menjadi 2.950 dolar AS per troy ounce, pada akhir 2026.

"Red Sweep AS, minat beli diversifikasi yang kuat, dan ketidakpastian global yang meningkat akan terus mendukung harga," kata para analis itu.

Baca juga: Inilah Harga Emas Antam Hari Ini, Cek Rinciannya

UBS juga menandai lebih banyak pembelian dari otoritas moneter. "Sektor resmi, yang cenderung membeli emas batangan fisik, kemungkinan akan terus menambah cadangan, untuk tujuan diversifikasi dan di tengah ketegangan geopolitik dan risiko sanksi," katanya. “Cadangan emas banyak bank sentral tetap kecil sebagai persentase dari total aset.”

3. Macquarie

Selain prediksi UBS dan Goldman, Macquarie Group Ltd juga memperkirakan tren bullish pada harga emas.

Harga emas kemungkinan akan terkoreksi pada kuartal pertama 2025 karena menguatnya dolar AS, tetapi logam mulia tersebut akan terus naik setelah itu, kata analis termasuk Marcus Garvey dalam sebuah catatan yang menaikkan prakiraan harga.

Logam mulia tersebut dapat "dengan cepat menantang" 3.000 dolar AS per troy ounce jika permintaan China meningkat, atau jika kebijakan Presiden terpilih Donald Trump berisiko memperburuk prospek fiskal AS, kata mereka.

Harga emas ditetapkan rata-rata 2.650 dolar AS per troy ounce pada kuartal pertama tahun 2025, kata Macquarie, naik 1,9 persen dari perkiraan sebelumnya. Harga akan rata-rata 2.800 dolar AS dari April hingga Juni, 12 persen lebih tinggi dari perkiraan terakhir. Setelah itu, logam tersebut mungkin kehilangan sebagian daya tariknya.

Penulis :
Ahmad Munjin