HOME  ⁄  Ekonomi

Siap 'Buyback' Saham, BBNI Rogoh Kocek Sebesar Rp905 M

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Siap 'Buyback' Saham, BBNI Rogoh Kocek Sebesar Rp905 M
Foto: Ilustrasi. (iStockphoto.com)

Pantau - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI (BBNI) ancang-ancang merogoh kocek Rp905 miliar. Itu untuk aksi korporasi terkait rencana pembelian kembali alias buyback saham perseroan.

Dalam keterbukaan informasi kepada Busa Efek Indonesia (BEI) dikutip di Jakarta, Rabu (5/2/2025), BNI berencana buyback saham sebesar-besarnya 10 persen dari total modal disetor. 

Perseroan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk meminta persetujuan atas rencana buyback saham tersebut.

RUPST akan digelar pada 13 Maret 2025 di Menara BNI Pejompongan, Jakarta Pusat serta secara elektronik melalui aplikasi eASY.KSEI. Buyback akan dilakukan dalam waktu paling lama 12 bulan sejak disetujuinya rencana buyback oleh RUPST.

Baca juga: Mulai Tancap Gas, Rekomendasi Beli 8 Saham Bank Termasuk BBRI

Sementara itu, sepanjang 10 bulan pertama tahun 2024, kinerja saham BBNI menunjukkan pertumbuhan positif secara year on year (yoy) seiring kinerja fundamental BNI yang terus meningkat.

Namun, memasuki akhir tahun 2024, terutama adanya sentimen negatif pasca hasil pemilu di Amerika pada bulan November 2024, memberikan tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Merespons Tekanan Jual Saham BBNI

Tekanan pada saham BBNI mulai terasa sebagai dampak concern investor atas kondisi ketidakstabilan geopolitik dan kondisi makro ekonomi Indonesia seputar kondisi likuiditas dan pelemahan kurs.

Pada Rabu (5/2/2025), saham BBNI dibuka pada harga 4.650 per Rabu (5/2/2025) dan bergerak menurun ke posisi 4.550 pada penutupan sesi pertama. Pada sesi kedua, harga sahamnya semakin lemah ke 4.500 atau turun 200 alias 4,26 persen per unit saham.

Baca juga: BNI Kantongi Pertumbuhan Tabungan Payroll Jadi Rp78,1 Triliun

Beberapa sentimen yang mempengaruhi bursa di antaranya adalah The Fed yang memberikan sinyal pemangkasan suku bunga menjadi hanya 25-50 bps di 2025 (dibandingkan perkiraan tahun lalu di 100-125 bps). Itu menunjukkan potensi ‘higher for longer’ kembali muncul.

Belum lagi dengan sentimen depresiasi rupiah terhadap dolar AS, likuiditas yang berfluktuasi, dan dinamika geopolitik yang masih tinggi.

“Buyback dimaksudkan untuk membantu mengurangi tekanan jual di pasar saat indeks harga saham sedang berfluktuasi, sekaligus memberi indikasi kepada investor bahwa perusahaan memandang harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental perusahaan,” demikian ungkap Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo.

Baca juga: Ruang Keuntungan Saham BBNI Dipatok 35,4 Persen, Tertarik?

Penulis :
Ahmad Munjin